Om Swastyastu,
Beberapa hari lalu kita umat Hindu
merayakan hari raya galungan dan kuningan yaitu peringatan hari kemenangan
dharma melawan adharma (kebaikan melawan kejahatan).
Semoga atas perlindunganNya kita
semua dapat menjalankan kewajiban kita beribadah dengan baik sesuai dengan
agama kita masing-masing. Tiada pernah usai kita syukuri karunia kasih Tuhan Yang
Maha Esa kepada kita semua, kita dianugrahi kesehatan, rejeki, dan keberhasilan
atas segala upaya yang telah kita lakukan. Dalam mewujudkan sraddha dan bhakti
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita sebagai umat Hindu melaksanakan
persembahyangan sesuai dengan sastra agama kita.
Sembahyang disini memiliki
pengertian yang cukup luas yaitu melakukan pemujaan serta penghormatan kepada
Tuhan. Dalam sembahyang terkandung pula sebuah pengertian yaitu penyerahan diri
kepada yang kita sembah yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Sembahyang merupakan wujud
nyata kegiatan beragama dengan tujuan menghormat, memohon, bersyukur,
menyerahkan diri, menyatukan diri, serta menghamba kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai Yang Maha Suci dan Maha Pencipta.
Dalam Kitab Suci Weda, ilmu
pengetahuan tentang sembahyang dijelaskan dalam kelompok ilmu yang disebut Upasana yang berarti pemujaan,
kebhaktian dan juga pelayanan. Mendekatkan diri kepada Tuhan melalui sembahyang
dengan landasan bhakti yoga dan upasana adalah jalan yang paling mudah dan
paling umum dapat dilakukan oleh umat Hindu dengan satu keyakinan yang disembah
itu “Ada”. Orang yang senantiasa merasa dekat dengan Tuhan akan memberi
pengaruh kesucian kepada dirinya karena Tuhan bersifat Maha Suci.
Dalam Kitab Bhagavad Gita Bab
XVIII sloka 65 disebutkan :
Pusatkankanlah pikiranmu kepadaKu, berbhakti kepadaKu, sembahlah Aku, sujudlah padaKu. Setelah melakukan disiplin pada dirimu sendiri dan aku sebagai tujuanMu Engkau akan datang (mendekat) padaKu.
Yang dimaksud Aku dalam sabda
Tuhan tadi adalah Tuhan Yang Maha Kuasa itu sendiri dan yang dimaksud dengan
kamu atau Engkau adalah umat ciptaanNya. Dengan demikian berbhakti pada Tuhan
berarti seseorang akan dapat mendekatkan diri bahkan dapat menyatu padaNya. Dalam
Bhagavad Gita Bab XVIII Sloka 55 :
“Dengan
jalan bhakti ia mengetahui Aku, siapapun bagaimanapun Aku sebenarnya ia
seketika manunggal dengan aku.”
Jadi semakin jelas bahwa hanya
dengan jalan bhakti itu sendiri seseorang akan dapat mendekatkan diri atau
manunggal dengan Tuhan. Dan salah satu wujud pengamalan bhakti tersebut adalah
sembahyang. Pada dasarnya dalam sembahyang terkandung dua hal yang sangat
penting :
Yang pertama, sembahyang merupakan pernyataan atau wujud
dari penyembah itu, yakinbahwa yang disembah itu ada, Ia Yang Maha Kuasa atas
segala ciptaanNya.
Yang kedua, pernyataan bahwa penyembah menyadari
kelemahan dan keterbatasan dirinya. Maka dari kedua hal tadi dapat kita
simpulkan isi sembahyang kita adalah berupa :
1.
Memuja
dan memuji keagungan serta mensyukuri segala karunia Tuhan.
2.
Permohonan-permohonan
seperti permohonan keselamatan, keberhasilan,kesejahteraan, panjang umur dan
pengampunan atas segala dosa-dosa kita.
Yang perlu pula untuk kita pahami
dalam persembahyangan adalah arti dari masing-masing sarana persembahyangan
itu. Kita umat Hindu dalam melaksanakan persembahyangan tidak terlepas dari
yang namanya sarana. Sarana seperti, bunga, daun, buah, air juga api, disamping
doa-doa pujaan yang kita ucapkan. Sebagai contoh kita sembahyang memakai sarana
bunga, tetapi apakah kita tahu penggunaan sarana bunga itu melambangkan apa?
Bunga itu sebagai lambang ketulusikhlasan pikiran yang suci dalam memuja Tuhan.
Penggunaan sarana persembahyangan yang kita laksanakan bukan tanpa dasar kitab
suci yang jelas. Dalam Bhagavad Githa Sloka 26 disebutkan: “Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan padaKu daun, bunga,
buah atau air, persembahan yang didasari oleh suatu cinta dan keluar dari lubuk
hati yang suci Aku terima”
Dari sabda Sri
Krisna sebagai awatara Wisnu mengenai unsure-unsur pokok dari lambing
persembahan itu lalu berkembanglah menjadi berbagai bentuk sesajen. Namun yang
harus kita perhatikan adalah landasan utama atau yang paling mendasar dari
setiap persembahan adalah kesucian hati dan cinta kasih. Karena persembahan
atau yadnya yang dilaksanakan dengan didasari hati yang suci dan cinta kasih
itulah yang diterima oleh Tuhan walaupun pada tingkat yang paling sederhana.
Yadnya yang besar, mewah, tetapi jika dilandasi oleh ego pamer tiadalah berarti
dan itu sia-sia belaka.
Setelah sembahyang dengan rutin
kita laksanakan sebagai kewajiban umat beragama, pernahkah kita berpikir
manfaat apa yang kita peroleh dari sembahyang tersebut? Disadari atau tidak
manfaatnya luar biasa, dapat saya jelaskan sebagai berikut :
1.
Menumbuhkan
Keikhlasan
Dengan melakukan sembahyang kita
dididik untuk memiliki sifat ikhlas. Ikhlas pada hakikatnya merupakan kebutuhan
jiwa manusia. Karena apapun yang ada pada diri kita tidak ada yang kekal, semua
satu persatu atau bersama-sama akan pergi berpisah dengan diri kita. Kita harus
ikhlas dan berjiwa besar menerima kenyataan-kenyataan yang memang rasanya
pahit. Keikhlasan inilah yang akan dapat meringankan rasa penderitaan yang kita
alami, karena kita telah paham benar akan kehendak Yang Maha Kuasa. Dan justru
karena keikhlasan itulah kita tetap akan bersemangat dalam mewujudkan
cita-cita. Hidup tanpa cita-cita tidak ada bedanya dnegan orang mati. Cita-cita
tanpa kerja, sama dengan mimpi. Namun yang perlu diingat adalah, manusia boleh
berusaha tetapi Tuhanlah yang menentukan. Apapun yang merupakan hasil kerja
kita itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Keikhlasan disini bukan menyerah tanpa
usaha. Nasib bukan berarti hasil berdiam diri. Nasib adalah kenyataan daripada
kerja. Keikhlasan adalah meringankan penderitaan orang yang tidak memiliki
keikhlasan dan selalu gelisah dan gusar
menerima kenyataan yang pahit. Dan melonjak-lonjak penuh keangkuhan atau
kesombongan kalau kenyataan itu manis dan menyenangkan. Sembahyang yang tekun
akan menimbulkan keyakinan diri bahwa Tuhan selalu dirasakan dekat padanya.
Rasa ikhlas akan dapat meringankan penderitaan dan kegelisahan jiwa. Apapun
kenyataan yang diterima tidak akan pernah menghentikan usaha untuk berkarma
berdasarkan darma. Sembahyang yang melahirkan keikhlasan jiwa adalah sembahyang
didasarkan pada sastra agama.
2.
Menentramkan
Jiwa
Rasa aman dan jiwa yang tentram
juga merupakan kebutuhan rohani pada setiap orang. Rasa aman akan dirasakan
oleh orang yang selalu merasa dekat dengan Tuhan. Rasa aman itu timbul karena
adanya keyakinan bahwa Tuhan selalu akan melindungi diri umatnya. Jiwa yang tentram
adalah jiwa tyang terlepas dari rasa cemas, gelisah, bingung, ragu-ragu dan
kecewa. Nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai material hanya akan dapat
ditumbuhkan oleh manusia yang berjiwa tentram. Manusia yang berjiwa tentram
akan menjadi manusia-manusia yang produktif dan hidup bergairah. Hidup di dunia
ini akan dirasakan sangat indah dan semarak sebagai tempat berkarma untuk
meningkatkan diri. Keadaan yang tidak baik justru menjadi dorongan bagi manusia
yang berjiwa tentram untuk berkarma dengan mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Ketentraman jiwa yang ditumbuhkan oleh ketekunan sembahyang akan dapat membantu
kesehatan tubuh. Jiwa yang sehat modal awal dari membina kehidupan yang bahagia
lahir dan batin.
3.
Mengatasi
Perbudakan Materi
Manusia tidak dapat lepas dengan
artha benda. Harta benda itu adalah alat manusia untuk mencapai kebahagiaan.
Tapi harus diingat bahwa harta benda itu merupakan alat untuk mencapai
kebahagiaan. Jadi kiranya, manusia yang mengendalikan harta benda. Jangan
sampai harta benda yang sebaliknya justru mengendalikan pikiran manusia dan
membuat manusia berpikir bahwa harta benda merupakan nilai tertinggi dan tujuan
utama dalam kehidupan. Manusia yang demikianlah yang akan diperbudak oleh
materi. Namun dengan ketekunan sembahyang orang akan dapat melihat dengan
terang. Harta benda itu harus dicari demi melaksanakan dharma. Untuk mencari
sahabat, untuk membantu orang miskin, untuk berbhakti kepada orang tua, pada
saudara, membantu orang sakit, dan menyemarakkan kehidupan beragama. Orang yang
terang pandangannya karena ketekunan sembahyang akan aktif mencari harta benda,
tetapi dia tetap tidak diperbudak oleh harta benda itu. Pendekatan dengan Tuhan
melalui ketekunan persembahyangan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
karena dengan meningkatnya kemakmuran itulah dharma lebih dapat diwujudkan.
4.
Menumbuhkan
Cinta Kasih
Rasa dekat dengan Tuhan yang
ditumbuhkan oleh ketekunan sembahyang, akan meningkatkan rasa cinta kasih
kepada sesama. Karena jiwatman yang ada pada semua makhluk adalah satu.
Bersumber dari Tuhan. Manusia yang telah memiliki rasa dekat dengan Tuhan akan
semakin tumbuh rasa kasihnya dengan sesama manusia. Rasa kasih itu menumbuhkan
rasa kebersamaan untuk mengatasi berbagai kesukaran-kesuakaran hidup.
Sembahyang yang tekun akan dapat menghilangkan rasa benci, marah, dendam, iri
hati dan mementingkan diri sendiri. Karena membenci orang lain sama saja dengan
membenci diri sendiri.
5.
Melestarikan
Alam
Dengan
sembahyang kita dimotivasi untuk melestarikan bunga-bungaan, daun-daunan, pohon
buahan-buahan yang kita butuhkan sebagai sarana persembahyangan. Dalam upacara
persembahyangan juga membutuhkan air dari sumber-sumber mata air yang alami.
Semua ini menimbulkan usaha untuk melestarikan sumber-sumber mata air tersebut.
Manusia pun lewat ketekunan sembahyang akan tumbuh rasa cinta akan alam ciptaan
Tuhan. Rasa cinta ala mini pun akan mendorong manusia untuk melestarikan alam
lingkungan yang amat besar jasanya pada kehidupan manusia. Mencintai Tuhan
berarti pula mencintai ciptaanNya, berupa: tumbuh-tumbuhan, binatang, sumber-sumber
alam lainnya seperti: api, air, tanah, dan juga manusia.
6.
Memelihara
Kesehatan
Persembahyangan
dilakukan dengan beberapa sikap yang dalam agama Hindu disebut asana. Sikap
duduk ada beberapa bentuk misalnya padmasana. Yaitu, sikap sembahyang duduk
seperti teratai. Asana ini dilakukan dengan menempatkan kaki kanan diatas paha
kiri dan kaki kiri diatas paha kanan, tulang punggung sampai kepala menjadi
stau garis tegak, sekujur tubuh dilemaskan. Kalau sikap ini secara tekun
dilakukan setiap hari akan membawa manfaat kesehatan jasmani yang baik yaitu
menjaga tulang punggung agar kuat dan tegak. Sikap padmasana juga menjaga
keseimbangan jasmani dan rohani, sehingga jasmani dan rohani dapat
dikendalikan. Juga membantu menyembuhkan penyakit rematik dikaki, paha dan
punggung, dan juga melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh. Bentuk lainnya dalah vajrasana. Vajrasana
jika dilakukan dengan tekun akan menguatkan tulang punggung, pencernaan dalam
perut dapat bekerja lebih sempurna, menguatkan otot-otot kaki, paha, membantu
menyembuhkan penyakit di lutut, jari kaki dan paha atas, menghilangkan kembung
perut karena kebanyakan angina, mengaktifkan otot, urat-urat halus, menguatkan
fungsi kelenjar dan cakra-cakra yang ada dari bawah tulang ekor sampai ke
ubun-ubun. Manfaat kesehatan ini baru dapat kita rasakan apabila dilakukan
dengan penuh ketekunan dan berkesinambungan.
Demikianlah beberapa pemahaman mengenai
sembahyang, sarana sembahyang dan manfaat sembahyang. Dengan ketulusan hati
kita melaksanakan kewajiban kita sebagai umat beragama yang meyakini adanya
Tuhan sebagai Maha Pencipta. Jadikan sembahyang untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan sebagai kebutuhan hidup kita sehari-hari. Niscaya keikhlasan hati,
ketentraman jiwa, kebijaksanaan, cinta kasih, kedamaian, dan kesejahteraan
senantiasa menjadi milik kita.
”Om Santih, Santih, Santih Om”
Penulis: Regina Sherly Pentau, S.Ag. Kepala Sekolah TK Saraswati
Kupang, aktif memberikan dharmawacana
0 komentar:
Posting Komentar
Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar