Om
Swastyastu,
Wajebhir najiwinati,
Dhinamawitryawatu.
[Tuhan
yang dalam manifestasi sebagai Dewi Saraswati, Hyang yang maha agung,
semoga
engkau memancarkan kekuatan rohani, kecerdasan pikiran, dan lindungilah
kami selama-lamanya]
Renungan
kali ini
mengulas bagaimana
Mencari Jati Diri
Dengan Pengetahuan Sejati, mengapa harus demikian? Seperti
yang kita alami dan rasakan sendiri, dari awal kehidupan dunia selalu diawali
dengan suatu proses kerja yang tiada terhenti dan terputus, sebab jika terhenti
sedikit saja maka roda kehidupan
pun
akan ikut musnah. Tuhan yang adalah penguasa kehidupan ini tidak akan pernah
dan sekalipun dapat memejamkan matanya
untuk kita, beliau terus bekerja dan belajar untuk dapat memahami dan
menyenangkan semua ciptaannya, begitupun kita yang adalah ciptaan Tuhan yang
tertinggi diharapakan untuk terus memompa diri, berbenah dan memperbaiki segala
yang akan dilewati dan yang telah dilewati.karena di mata Tuhan tidak ada kata
terlambat, (karena yang membuat kata terlambat adalah kita manusia), jika kita
salah dalam melangkah, berbuat, bertindak, berkata dan lain-lain yang notabene
telah menyakiti hati dan perasaanNya, Tuhan selalu dan senantiasa membuka hati dan mengabulkan
setiap keluh kesah, lain dengan kita manusia, jika telah sedikit melakukan
kesalahan maka kata yang akan kita dengar adalah terlambat sudah atau bahasa gaulnya Lo gue and. Perlu kita sadari bahwa Tuhan tidak pernah melihat siapa kita, dari mana asalnya, baik buruk,
cantik jelek, kaya miskin, semua diporsikan sesuai dengan karma yang telah kita
lakukan sendiri. Begitupun pribadi manusia, jika kita dapat mengetahui diri dan
menemukan jati diri kita dengan jalan dharma maka karma yang akan kita dapatkan
pastilah sesuai apa yang kita lakukan. Hal ini dipertegas dalam kitab
Bhagavadgita III.19, yang berbunyi :
Tasmad
asaktah satatam, karyam karma samacara, asakto hy acaran karma, param apnoti
purusah.
[Oleh
karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat (pada
akibatnya), sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan,
orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama]
Di sini pekerjaan yang dilakukan tanpa
pamrih dinyatakan sebagai mengungguli kegiatan kerja yang dilakukan dengan
semangat pengorbanan, sedangkan kegiatan ini saja sudah lebih tinggi dari pada
kegiatan kerja yang dilakukan dengan tujuan pamrih, bahkan roh-roh yang
terbebaskan sekalipun masih tetap bekerja sebagai kegiatan yang muncul dengan
sendirinya. Yogavasistha menyatakan
“Yang mengetahui atman tidak mengharapkan
sesuatupun yang harus dicapai, baik dengan melakukan kerja maupun tidak, oleh
karena itu ia melaksanakan kegiatan kerja tanpa keterikatan apapun”.
Dalam
Bhagavadgita pun, Sang Krisna mengajarkan bahwa:
“bila engkau mengembangkan pengetahuan
spiritual, maka segala ketidaktahuan, kesulitan, kesusahan, dan kesedihanmu akan lenyap”
Demikian
hal ini akan selalu terpatri dalam benak kita, dimana selama kita masih
menyamakan sang diri dengan tubuh/badan maka kita akan selalu mengalami
kesulitan dan kesedihan, sebab hal utama kita memperoleh tubuh/badan ini adalah
untuk mendapatkan, melakukan kegiatan kerja yang memungkinkan kita menuai hasil
dari perbuatan yang lampau.
Kita
sering kali terjebak dalam suasana keterikatan pada sesuatu dan ketidaksenangan
atau penolakan terhadap yang lain, karena pada hakekatnya kita manusia memiliki
sifat mendua, dan yang menjadi sumbernya adalah ketidaktahuan kitalah yang telah
diselimuti oleh selubung hitam yang telah menutupi pengetahuan kesejatian kita. Kita pun
telah lupa dan tidak menyadari akan keEsaan seluruh makhluk Tuhan dan jika
ingin terbebas dari ketidaktahuan ini, kita harus mendapatkan pengetahuan diri
karena satu-satunya jalan untuk menghilangkan kegelapan dan kebodohan adalah
pengetahuan terang pada diri/atman yang sejati.
Contoh
sederhana yang ada pada diri kita, yakni mata kita yang merupakan sumber untuk
kita dapat mengetahui segala keindahan dan keagungan dunia, dengan daya
penglihatan pastinya akan terhalangi tatkala ada debu/mata kita katarak, maka
dapatlah dipastikan bahwa kita tidak dapat melihat dengan sempurna namun dengan
melakukan pengobatan dan operasi maka penglihatan kitapun akan pulih kembali,
demikian diri kita jika terus diperbaharui dengan pengetahuan spiritual maka
segala kegelapan pikiran akan lenyap, seperti halnya matahari akan masuk denga
leluasa bersinar dalam kamar yang sempit jika jendela/gorden dibuka, demikian
sekaranglah saatnya kita membuka pikiran dan hati kita, mengolah atman /diri
kita dengan pengetahuan sejati. Dengan terus bekerja dan belajar untuk
mengetahui diri kita sendiri, maka kitapun akan belajar untuk menerima dan
memahami setiap individu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bagi
seorang wanita/perempuan indonesia akan sangat berbangga dan berterimakasih
kepada seorang pahlawan wanita yang tiada henti terus bekerja, belajar dan
membagi pengetahuan bagi kaumnya, serta
membawa kaumnya keluar dari kegelapan
pengetahuan, belia adalah Ibu Kartini, yang dikenal sebagai perempuan indonesia
yang lembut dan bersahaja dengan pengetahuan diri dan budi pekerti yang mulia. Habis
gelap terbitlah terang.
Dengan
berpegang pada ilmu pengetahuan yang bersumber dalam sastra agama seperti
Bhagavadgita, Sarasamuscaya dan lain-lain yang lahir dari akal (manah) dan budhi akan mengiring manusia memperoleh keharuman
nama, seperti yang tersimpul dalam Sarasamuscaya, 507:
Budhilabhaddhi purusah, sarvam
tavam kilbisam, wipape labhate sattwam, sattwasthah samprasidam
[Orang bijaksana berakar pada ilmu pengetahuan, sifat satwamnya akan
smakin tinggi, tidak dipengaruhi oleh sifat rajah da tamah, malhirkan pikiran
yang baik dan mulia, tidak juga dipengaruhi oleh tresna (keterikatan duniawi)
maka ia berjiwa suci bersih tidak terikat atau bebas dari karmaphala dan
kemahsyuran tinggi)]
Renungan
ini kiranya dapat kita simpulkan
bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan sangat penting bagi manusia, karena dalam
menjalani hidup didunia dari sejak lahir hingga meninggal, maka tahap brahmacari merupakan
landasan yang sehat jasmani dan rohani yang seimbang yang dikuasai oleh budhi yang luhur untuk
mencapai kebahagiaan dengan mempunyai pemahaman terhadap diri sendiri (Self Understranding) serta penerimaan
diri (Self Acceptance) untuk
melakukan segala tugas/karya dengan menggunakan indera/pikiran yang benar.
Seperti yang selalu diingat oleh Lima
Pandawa dalam kisah Mahabaratha dalam kitab Itihasa, yakni:
Dengan pendidikan engkau
mendapatkan pengetahuan, dengan pengetahuan engkau mendapatkan kepandaian,
dengan kepandaian engkau mendapatkan kekayaan dan dengan kekayaan engkau akan
memperoleh kemasyuran.
Semoga
pengetahuan sejati akan diri, membawa kita untuk menemukan jati diri kita yang
sebenarnya. Om Santih, Santih, Santih, Om.
Penulis: Regina Sherly Pentau, S.Ag., Kepala
Sekolah TK Saraswati Kupang
2 komentar:
thank's sangat membantu gan,,
ini dia nih yang kucari ijin share gan
terima kasih. semoga selalu damai
Posting Komentar
Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar