Melasti Tawur Kasanga

Meningkatkan bhakti, menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa, dan mencegah kerusakan alam

Ngiring Prawatek Dewata

Melakukan perjalanan suci menuju sumber air seperti laut atau mata air lainnya yang memiliki nilai sakral

Anganyutaken Laraning Jagat

Membangkitkan spiritualitas untuk berusaha menghilangkan kesengsaraan hidup di bumi secara ragawi dan rohani

Anganyutaken Papa Klesa

Membinasakan kepapaan yang disebabkan oleh oleh awidya, asmita, raga, dwesa dan abhiniwesa

Anganyuntaken Letuhing Bhuwana

Menjaga kelestarian alam semesta dengan membersihkan pencemaran pertiwi, apah, bayu, teja, dan akasa

Minggu, 17 November 2013

KAJIAN SINGKAT TENTANG MANTRA


Pendahuluan
Dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahman, umat Hindu  diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan bentuk Śraddhā tersebut. Secara umum bentuk Bhakti  umat Hindu dapat dilakukan dengan menggunakan Mantra, Yantra, Tantra, Yajña, dan Yoga.

MANTRA adalah doa-doa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita, pandita sesuai dengan tingkatannya.
YANTRA adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian.
TANTRA adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci.
YAJÑA yaitu pengabdian yang tulus ikhlas atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan sehingga dapat meningkatkan kesucian.
YOGA artinya mengendalikan gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Brahman, yang dapat dilakukan melalui Astangga Yoga (yama, niyama, asana, pranayama, prathyahara, dharana, dhyana, dan samadhi)
Mantra
Mantra berasal dari suku kata Man (Manana) dan kata Tra (Trana) yang berarti pembebasan dari ikatan samsara atau dunia phenomena ini. Kombinasi Man dan Tra itulah disebut Mantra yang berarti dapat memanggil datang (Amantrana). Mantra merupakan sebuah kata atau kombinasi beberapa buah kata yang sangat kuat atau ampuh, yang didengar oleh orang bijak dan dapat membawa seseorang yang mengucapkannya melintasi lautan kelahiran kembali, inilah arti mantra yang tertingi.
Jenis-jenis Mantra
Berdasarkan sumbernya, mantra dibedakan menjadi
  1. Vedik mantra,  
  2. Tantrika mantra, dan
  3. Puraṇik mantra
 Berdasarkan sifatnya, mantra dibedakan:

  1. Śāttvika mantra (mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan), 
  2. Rājasika mantra (mantra yang diucapka guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu), dan 
  3. Tāmasika mantra (mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam
Kwalitas Mantra
Produktif, yaitu dipakai dalam rangka meningkatkan kesadaran illahi, semata-mata untuk memuliakan kebesaran Brahman dengan segala prabawaNya, sehingga muncul perasaan welas asih, cinta, dan pengabdian, terbebas dari ego kepemilikan dan nafsu, dipakai sebagai media untuk menyebrangkan sang jiwa melewati lautan samsara/penderitaan kelahiran-kematian.
Protektif, mantra yang dipakai untuk kelangsungan hidup secara duniawi, memenuhi keinginan (kama), memperoleh artha, keturunan, kemuliaan, kemewahan, kesehatan, kewibawaan, kedudukan, dan sebagainya.
Destruktif, kualitas mantra yang dipakai untuk kegiatan menundukkan lawan, menghancurkan penyakit, mencelakakan orang lain, termasuk ilmu hitam.

Istilah lain:
MANTRA: yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru (Mantra Diksa)  

STOTRA: doa-doa kepada para devata. Stotra ada yang bersifat umum dan bersifat Khusus. Stotra bersifat umum, dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya,  sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seoarang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya,  

KĀVACA MANTRA: mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan.

Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, yaitu:
  1.  Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat dipahami. 
  2. Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini. 
  3.  Pratyāksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya.
Cara mengucapkan Mantra. Mantra dapat diucapkan sampai terdengar oleh orang lain (Vāikari), berbisik-bisik, bibir bergerak, namun suara tidak terdengar (Upaṁsu), dan terucap hanya di dalam hati , mulut tertutup rapat (Mānasika)

Syarat mantra agar siddhi adalah Śraddhā; Bhakti; Sadhāna, Chānda;Kriya.
 
Penggunaan Mantra
Menurut waktu penggunaannya, yaitu:
1.     Nitya Karma Puja:Saṇdhyā Vandanā atau Saṇdhyŏpāsanā, Japa atau Namasmaranaṁ
2.     Naimitika Karma Puja.

Seseorang yang ingin belajar spiritual, minimal harus mengetahui lima Mantra, karena angka lima dipakai sebagai media penciptaan oleh Tuhan. Dasar manusia itu disebut lima kekuatan Panca maha butha. Oleh karena itu,  setiap manusia yang ingin tahu sumbernya sendiri, harus menguasai lima Mantra, yang berfungsi sebagai pembuka semua nadi-nadi dalam tubuh kita. Mantra tersebut adala
  1. Mantram Penyucian
OM APAWITRA PAWITROWA
SARWANG WASTANG GATO’PIWA
YAHASMARIT PUNDARI KAKSAH
SABAHYA ABYANTARAH SUCIH
(Ya Tuhan, hamba memohon kepadaMu, apa yang mempengaruhi kehidupan hamba, yang telah hamba bersihkan maupun yang tidak mampu hamba bersihkan, semoga sekala niskala, rohani dan duniawi, Engkau berkenan menyucikan/membersihkan.

OM SHRI WISNU, SHRI WISNU, SHRI WISNU
(Hamba memujaMu dalam wujud Wisnu sebagai penguasa seluruh alam semesta beserta isinya)

OM MANGGALAM BHAGAWAN WISNU, 
MANGGALAM  MADU SUDDHANAM,
MANGGALAM HRSI KESOYAM,  
MANGGALAM YA TAN HANOHARIH
(Ya Tuhan Engkau hamba puja sebagai Wisnu yang turun memberikan hamba penyucian, Semoga dengan penyucian itu Engkau memberikan kehidupan yang manis bagaikan madu, Engkau penguasa dan pengendali indria,
Semoga Engkau berkenan mengendalikan semua indria hamba,Semoga Engkau juga berkenan menyucikan pikiran hamba yang tidak terjangkau oleh kekuatan pikiran hamba)

   2.   Mantra Membuka  Diri

Om Jung Ang Sang Bhur Bwah Swah Kartike Namaha

   3.   Mantra Nglinggihin

Om Twam Agni Yadnyanam Hotah
Wiswasam Hitah,
Dewabir Manusa Jane
(Ya Tuhan Engkau adalah Pendorong semua Karma CiptaanMu
Semoga Engkau dorong hamba ke jalan yang benar, ke jalan
Yang sesuai dengan rencanaMu, semoga Engkau juga berkenan
melinggih pada hati nurani hamba

   4.   Maha Mantra

Mantra ke empat yaitu dengan Maha Mantra yang disebut dg Gayatri
Setiap Dewa mempunyai Gayatri
Silahkan pilih salah satu sesuai hatinurani

   5.   Mantra dalam Japa

Mantra ini juga silahkan pilih salah satu dari Mantra Ista Dewata
Misalnya :Om Namah Sivaya atau Om Gam Ganapataye namah, dll. Sebaiknya menggunakan ganitri yang berjumlah 108 butir.

Mantra Penutup

Om Swah Bwah Bhur Sang Ang Jung Namaha

Penutup
Makna kata Mantra adalah alat untuk mengikatkan pikiran kepada obyek yang dipuja. Mantra berfungsi sebagai Kavaca yaitu baju gaib yang melindungi tubuh, dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif  atau jahat, dan juga dapat berfungsi sebagai Panjara yaitu membentengi keluarga dari berbagai halangan atau kejahatan. Dalam mengucapkan Mantra hendaknya dipahami arti dan makna dari sebuah mantra yang dirapalkan, serta diucapkan dengan penuh kesujudan, kekusukkan dan kesungguhan yang dilandasi oleh kesucian hati. Rapalkanlah  mantra sesering mungkin.

By : IB Putrawan (03808030101) Pengurus PHDI Prov. NTT bidang Agama

Sabtu, 09 November 2013

Keutamaan Menahan Marah (Krodha) Menurut Bhagawad Gita

Tri vidham narakasyedam
dvaran nasanam atmanah,
kamah krodhas tatha lobhas
tasmad etat trayam tyajet (Bhagawad Gita.XVI.21)
[Ada tiga pintu gerbang menuju neraka (jurang kehancuran diri) yaitu kama (hawa nafsu)
Krodha (kemarahan) dan lobha (sifat rakus), oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan]

Latar belakang
Kemarahan menjadi endemis sekarang ini, kemarahan ada dalam buku-buku,  film, di televisi, di sekolah, di rumah bahkan di ruang sidang terhormat sekalipun. Kemarahan ada di sekitar kita.Waspadalah!

Orang mudah sekali marah, hanya karena masalah-masalah yang sepele saja.Orang tidak dapat menahan emosinya dan meluapkan kemarahannya dalam berbagai bentuk yang negatif.

Melihat realita  yang ada di tengah-tengah kehidupan kita seperti itu,  sangat diperlukan sekali upaya-upaya mengendalikan amarah sebagai penyebab pertama malapetaka kehidupan. Tulisan ini membahas tentang beberapa hal antara lain : pengertian marah, tingkatan marah, ciri-ciri marah, penyebab marah, bahaya marah, keutamaan menahan marah menurut Bhagawad Gita dan terapi sederhana mengatasi marah.

Pengertian marah
Dalam bahasa Sanskerta marah disebut krodha sesuai dengan penjelasan sloka Bhagawad Gita  XVI.21 di atas. Kemudian dalam Manawa Dharmasastra  kata krodha diterjemahkan sebagai kemarahan (Pudja,2010:7).
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Purwanto,2006), marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang di rasakan sebagai ancaman. Selanjutnya menurut Wayne M. Dyer (1997), marah adalah suatu reaksi terhadap frustasi yang terlatih dimana seseorang  berbuat dengan cara-cara yang sesungguhnya ia tidak menginginkannya. Seseorang yang dalam keadaan  marah tidak dapat mengendalikan perbuatannya.

Berdasarkan teori-teori para ahli di atas maka dapat disampaikan bahwa kemarahan adalah suatu reaksi emosional yang terlatih atau dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana sebenarnya ragam emosi yang kasar itu dapat disingkirkan atau sekurang-kurangnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan berbagai akibat atau bahaya yang fatal,yang akan disesali sepanjang hidupnya.

Tingkatan marah
Ada tiga kelompok pemarah.Pengelompokan mereka itu berdasarkan jenis atau sifat marahnya.

Kelompok pertama, bagaikan kelompok pemahat, membuat garis di atas batu.Garis yang mereka buat hampir abadi. Ratusan tahun kemudian pun, garis itu tetap ada. Kelompok ini selalu menyimpan dendam. Sekali membenci Anda, ia akan selalu membenci Anda. Api amarah dalam diri mereka tidak pernah padam.
Kelompok kedua, bagaikan membuat garis di atas kertas. Garis yang mereka buat tidak permanen, masih bisa di hapus. Ada yang membuat garis dengan pensil, sehingga mudah dihapus. Ada pula yang membuat garis dengan pena, sehingga agak sulit di hapus. Bahkan kadang kala kita harus menggunakan lapisan “tipp-ex” untuk menutupi garis yang telah kita buat. Kelompok ini pun menyimpan rasa dendam, namun hanya untuk beberapa saat.

Kelompok ketiga, adalah kelompok mereka yang sadar, yang tengah menggunakan “amarah” sebagai alat, sebagai sarana untuk menyadarkan kita. Amarah mereka ibarat garis di atas air. Bagaimana Anda bisa membuat garis di atas air? Mereka pun bisa nampak marah, namun amarah mereka tidak pernah berubah menjadi rasa dendam (Krishna,2001).

Ciri-ciri marah 
Ciri-ciri marah yang terjadi pada seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain sebagai berikut :
  1. Aspek biologis, ditandai dengan denyut jantung meningkat,wajah merah, reflex cepat,nada suara meninggi dan tangan mengepal. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah bertambah,
  2. Aspek emosional, seseorang yang sedang marah merasa tidak  nyaman, jengkel, frustasi, dendam, ingin berkelahi, sakit hati dan menuntut,
  3. Aspek sosial, dimana emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain dan menimbulkan penolakan dari orang lain. Pengalaman marah dapat mengganggu hubungan interpersonal. Amarah bisa menghancurkan suatu tatanan masyarakat,
  4. Aspek spiritual, amarah menghanguskan jiwa dan jiwa yang hangus akan mati terhadap kasih, terhadap pengampunan dan di atas segalanya. Jika api amarah masih bercokol, spiritualitas apa yang dapat kita bicarakan? keagamaan apa yang dapat kita bicarakan?
Penyebab marah
Secara garis besar penyebab marah itu terdiri dari faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik antara lain disebabkan karena kelelahan yang berlebihan, zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah,misalnya,jika otak kurang mendapat zat asam,orang tersebut akan lebih mudah marah . Dan pada sebagaian wanita yang sedang menstruasi juga lebih mudah marah.

Faktor psikis ini erat kaitannya dengan kepribadian seseorang seperti rasa rendah diri (minderwaar digheld complex), yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenarnya. Kemudian sifat sombong (superiority compelx),yaitu menilai dirinya sendiri lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Jadi merupakan kebalikan dari sifat rasa rendah diri.Selanjutnya adalah sifat egois atau terlalu mementingkan diri sendiri, yang menilai dirinya sangat penting melebihi kenyataan. Orang yang bersifat egois akan mudah marah karena selalu terbentur pada pergaulan sosial  yang bersifat apatis (masa bodoh), sehingga orang yang egois tersebut merasa tidak diperlukan dengan semestinya dalam pergaulan sosial. Mereka biasanya diselimuti rasa marah yang berkepanjangan.

Bahaya marah
Saat seseorang marah, ia mengaktifkan beberapa kelenjar dalam tubuhnya. Hal ini menyebabkan terjadinya kelimpahan adrenalin dan beberapa hormon stress lainnya dengan efek yang nyata pada fisik Anda.
        
Para ahli berpendapat bahwa mereka yang sering marah mempunyai risiko serangan jantung yang lebih tinggi, stroke, depresi, maag, insomnia dan kelelahan. Amarah juga berakibat hilangnya nafsu makan, tergangunya pencernaan serta terganggunya otot dan syaraf selama berjam-jam atau bahkan  berhari-hari. 
Menurut para periset di AS, bahwa semakin sering Anda marah, semakin memperpendek usia Anda. Kemarahan dan emosi tinggi lainnya dapat memicu irama jantung mematikan.Selanjutnya hasil penelitian Harvard Medical School menjelaskan bahwa marah menyebabkan serangan jantung dan stroke.Orang yang paling mudah marah berpeluang tiga kali lipat untuk memiliki penyakit jantung. Marah-marah pada usia muda merupakan prediktor yang baik terhadap serangan jantung di hari tua. Semakin tinggi marahnya, semakin tinggi risikonya. Berhati-hatilah! Intinya sifat marah sangat merugikan bagi kesehatan kita.
        
Amarah yang lebih gamblang dikemukakan oleh Charles W. Sheed (dalam Purwanto, 2006) "tiga menit marah akan melemahkan kekuatan dan lebih cepat dari pada delapan jam bekerja" (three minutes of anger will sop your strength quicker than eight hour of work). Hal ini terjadi  karena marah membebankan ketegangan luar biasa pada tubuh seseorang. Ketika seseorang marah, darahnya membanjiri otot-otot utama pada tangan dan kaki sehingga ia memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada biasanya. Tetapi sebaliknya, persediaan darah pada otaknya banyak berkurang sehingga ia dapat lupa diri dan melakukan hal-hal yang destruktif. Perbuatan tersebut kemudian disesalinya setelah ia sadar diri atau tenang kembali.

Marah tumbuh dari gejolak darah dalam hati, marah menyeret seseorang mengumpat orang lain, bahkan melecehkan kehormatan, merampas harta orang lain, dan mengakibatkan pertumpahan darah.

Bhagawad Gita II.63 menjelaskan betapa bahayanya bila amarah berkecamuk  dalam diri seseorang.  Demikian pesannya.

Krodhadbhavati sammohah,sammohat smrti vibhramah,smrti bhramsad buddhi naso, buddhi nasat pranasyati
[dari amarah timbul kebingungan, dari kebingungan hilang ingatan, dari hilang ingatan akan menghancurkan penalaran, dari kehancuran penalaran membawanya pada kemusnahan].
Pada saat marah akal seolah-olah tertutup,dan kita menjadi bingung, pada saat bingung inilah kita tidak mampu mengendalikan diri.

Keutamaan menahan marah      
Mengingat betapa buruknya sifat marah, Bhagawad Gita memerintahkan agar kita meredamnya atau mengendalikannya.Berikut ini sloka-sloka dari Bhagawad Gita (BG) yang menjelaskan tentang keutamaan menahan marah.

1.  Pengendalian marah mempunyai manfaat memelihara kemampuan berpikir manusia dan mengambil keputusan yang benar dan bijaksana.

Duhkhesv anudvigna manah sukhesu vigata sprhah, vita raga bhaya krodhah sthita dhir munir ucyate (BG.II.56), artinya orang yang tidak sedih dikala duka dan tidak kegirangan dikala bahagia, bebas dari nafsu dan amarah, ia disebut orang yang bijaksana
2.     Dengan mengendalikana amarah bisa memperoleh kebahagiaan sebagai seorang yogi.
Saknotihaiva yah sodhum prak sarira vimoksanat, kama krodhodbhavam vegam sa yuktah sa sukhi narah (BG.V.23), artinya dia yang mampu menahan kecendrungan keinginan dan amarah di dunia ini sebelum meninggal jasad raganya ia adalah seorang yogi, dia adalah orang yang bahagia. Seorang yogi itu seperti lampu di tempat tidak berangin nyalanya tidak mengerdip, demikian pula dalam mengendalikan amarah tidak tergoyahkan.
3.     Dapat mengendalikan amarah, merupakan harta yang tidak ternilai dari seseorang yang dilahirkan dasi sifat-sifat Dewata .

Ahimsa  satyam akrodhas tyagah santir apaisunam,daya bhutesv aloluptvam mardavam hrir acapalam (BG.XVI.2), artinya Tidak menyakiti, bebas dari nafsu amarah tenang,tidak memfitnah, kasih sayang pada semua mahluk, lemah lembut, sopan dan berketetapan hatiSloka berikutnya ”Tejah ksama dhrtih saucam adroho na timanita, bhavanti sampadam daivim abhijatasya bharata”(BG.XVI.3) artinya suka memaafkan, teguh iman, semua ini adalah harta dari dia yang dilahirkan dengan sifat dewata,

4.     Yang mampu mengendalikan amarah layak mencapai Brahman.

Ahamkaram  balam darpam kamam krodham  parigraham,vimucya nirmamah santo brahma bhuyaya kalpate (BG.XVIII.53), artinyasetelah membuang jauh-jauh keakuan, kekerasan, nafsu amarah dan penuh kedamaian, ia layak mencapai Brahman.
Menjadi manusia bijaksana, seorang yogi, kelahiran Dewata dan manusia yang layak mencapai Brahman adalah  keutamaan dari menahan marah atau mengendalikannya . Hal ini perlu kita jadikan bahan renungan dalam kehidupan sehari-hari.

Terapi sederhana
Hal paling sederhana yang dapat Anda lakukan bila sedang marah adalah berjalan sambil mengucapkan doa (baca mantra). Kedengarannya menyederhanakan  masalah, tetapi cobalah pergi berjalan sambil mengucapkan nama suci Tuhan/Hyang Widhi di dalam hati. Dan Anda akan menemukan bahwa hubungan antara irama nafas Anda, irama langkah kaki Anda dan irama mantra mempunyai pengaruh besar pada kesadaran Anda.

Barangkali Anda tidak selalu mempunyai kesempatan untuk berjalan, tetapi Anda dapat mengucapkan mantra setiap saat. Anda bisa menyebutkan mantra Gayatri, Om, Rama, Krishna, Om Namah Siwaya atau yang lainnya secara berulang-ulang dalam hati agar amarah Anda segera reda.

Adalah Thomas Jefferson (dalam Easwaran, 2001) pernah mengatakan “Bila Anda marah, ulangi mantra sepuluh kali sebelum Anda berbicara, bila Anda sangat marah , ulangi seratus kali,dan bila Anda sangat benci, ulangilah selama mungkin”  inilah waktu untuk berdoa kepada Tuhan/Hyang Widhi.

Sementara Maxwell Maltz, menyarankan tiga cara mencegah kemarahan antara lain: pandanglah cermin dan lihatlah wajah Anda yang sedang marah, hilangkan energi yang meledak dengan aktifitas yang positif, misalnya, membaca, bercocok tanam, menyanyi dan olahraga.

Saran berikutnya adalah lakukanlah relaksasi sebagai salah satu terapi mengendalikan amarah.Relaksasi dapat menurunkan ketegangan. Setelah merasa rilek lakukanlah meditasi 10-15 menit  maka Anda akan memasuki kehidupan baru penuh kedamaian.

Terapi yang penulis sebutkan di atas seperti berdoa sambil berjalan, melihat cermin, melakukan aktifitas yang positif , relaksasi dan meditasi adalah terapi yang  mudah dan murah untuk dilakukan oleh siapa pun juga. Anda perlu mencobanya, semoga berhasil.

Penutup
Potensi kemarahan sebenarnya sudah dimiliki manusia sejak lahir. Sebelum bayi belajar bicara, emosi seperti gembira, takut, malu, heran, dan marah sudah ada dalam dirinya. Marah adalah reaksi terhadap sesuatu yang sesungguhnya kita tidak menginginkannya. Sifat marah merugikan diri sendiri baik dari segi biologis, emosional, sosial, spiritual dan kesehatan. Bahkan Bhagawad Gita XVI.21 menjelaskan bahwa kemarahan (krodha) adalah pintu gerbang neraka yaitu gerbang menuju kehancuran. Untuk itu, sedapat mungkin kita bisa mengendalikan amarah tersebut sebelum kita dikendalikan oleh amarah. Dengan mengendalikan amarah kita sudah melakukan tapa (pengendalian lidah). Dalam Atharvaveda XI.2 disebutkan ”Tapas cawa astam karma ca antar mahati arnawe”(pengendalian diri  dan keteguhan hati adalah satu-satunya juru selamat di dunia dan akhirat). Inilah Dharma sesungguhnya.

Daftar Pustaka
Easwaran,Eknath (2002).Sayap-Sayap Rajawali. Jakarta:PT. Garamedia Pustaka Utama.
Krishna,Anand(2001). Bersama J.P.Vaswani Menggapai Hidup Damai dan Ceria. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pudja,Gede (2005). Bhagawad Gita (Pancama Weda). Surabaya: Paramita.
Pudja,Gede (2010). Manawa Dharmasastra (Manu Dharmasastra) atau Veda Smrti. Surabaya:Parami.ta
Purwanto,Yadi& Mulyono,Rachmat (2006). Psikologi Marah Persfektif Psikologi Islam. Bandung: PT.Refika Aditama.
Wiana, I Ketut (1997). Beragama Bukan Hanya di Pura. Denpasar:Yayasan Dharma Naradha.
http://www. ilmupsikologi.com/?=359 (28 Pebruari 2012)

Tulisan kontribusi: I Wayan Alit Sudarma, Penyuluh Hindu pada Kanwil Kemenag Prov. NTT, way_sudarma@yahoo.co.id

Rabu, 06 November 2013

Tumpek Kandang, Antara Konsep dan Realitas

Alam semesta dan semua isinya merupakan perwujudan Ida Sang Hyang Widhi. Umat Hindu secara turun temurun sudah diajarkan nilai-nilai untuk menjaga keharmonisan dan keselarasan lingkungan serta alam semesta, antara lain dinyatakan dalam bait Puja Tri Sandya: Sarvaprani hitankarah (hendaknya semua makhluk hidup sejahtera), yang mendoakan kesejahteraan dan keseimbangan jagat raya dan semua isinya.

Namun dalam beberapa dekade terakhir, isu-isu lingkungan selalu menjadi pembicaraan hangat di seluruh dunia, sepert isu pemanasan global (global warming) yang berakibat pada perubahan iklim (climate change), kepunahan berbagai spesies flora dan fauna, penebangan hutan ilegal, pencemaran wilayah perairan, kerusakan ozon dan polusi udara. Pada tahun 2006, PBB mengeluarkan laporan berjudul Livestock’s Long Shadow, dilanjutkan pada tahun 2008 dengan judul laporan Kick the Habit, pada kedua laporan itu tersaji fakta perusakan lingkungan besar-besaran yang dilakukan oleh industri peternakan di dunia.

Dalam berbagai penelitian, diperkirakan kegiatan peternakan skala besar untuk konsumsi manusia berpotensi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca yang melebihi emisi kendaraan bermotor di dunia, setidaknya mencapai 51 persen. Hal ini diperburuk dengan pola hujan yang tidak menentu, menyebabkan sistem persediaan air (water supply) terganggu. Semua permasalahan tersebut berdampak langsung bagi manusia di bumi.

Pada tataran individu, kesehatan manusia semakin terancam dengan meluasnya penyakit berbahaya. Kita merasakan bahwa cuaca semakin panas, terutama di perkotaan. Obesitas dan kelaparan, serta perpindahan penyakit dari hewan ke manusia menjadi isu hangat dalam dua dekade belakangan. Lebih dari 65 persen penyakit menular manusia diketahui ditularkan melalui hewan, antara lain flu burung dan flu babi. Perubahan iklim merupakan fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Dampaknya pun bersifat global, sehingga memerlukan penanganan yang holistik dan menjadi tanggung jawab bersama.

Periode 1940 hingga sekarang, tercatat lebih dari 60 perjanjian internasional yang terkait dengan lingkungan hidup. Terakhir, pada tahun 2007 diselenggarakan konferensi PBB tentang perubahan iklim di Bali, yang hasilnya disebut Bali Road Map. Agenda utama Bali Road Map berfokus pada aksi-aksi untuk melakukan kegiatan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim (misalnya banjir dan kekeringan), cara mengurangi emisi GRK (Gas Rumah Kaca), cara mengembangkan dan memanfaatkan teknologi yang bersahabat dengan iklim serta pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi.

Upaya-upaya untuk melestarikan lingkungan di Bali sudah dilaksanakan sejak lama, melalui kearifan lokal yang dimiliki masyarakatnya. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah Upacara Tumpek Kandang, sering juga disebut Tumpek Uye, upacara ini diselenggarakan pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Uye yang jatuh setiap 210 hari sekali.

Selain hari Tumpek Kandang, dalam hari-hari raya Hindu di Bali terdapat juga lima jenis Tumpek yang lain, yaitu Tumpek Bubuh atau Tumpek Wariga, yakni upacara selamatan untuk tumbuh-tumbuhan, Tumpek Landep, selamatan untuk senjata, Tumpek Kuningan, selamatan untuk gamelan, Tumpek Wayang, selamatan untuk wayang dan Tumpek Krulut, selamatan untuk unggas. Umumnya upacara selamatan untuk unggas ini digabungkan pada hari Tumpak Kandang/Uye ini.

Selanjutnya, menurut Prof. DR. I Made Titib Ph.D, hari Tumpek Krulut sama dengan hari Rakshabhanda, Raksha Bandhan atau Rakhi, yakni hari kasih sayang di India. Rakshabhanda adalah acara khusus untuk merayakan ikatan emosional dengan mengikatkan benang suci di pergelangan tangan, sebagai simbol kasih sayang, perlindungan dan doa-doa. Inti dari perayaan ini adalah kasih sayang kepada semua makhkluk, dan dimaknai sama sebagai hari Valentine di Eropa.

Dalam Lontar Sundarigama disebutkan, pada Hari Tumpek Kandang, umat Hindu memuja kebesaran Tuhan sebagai Siva atau Pasupati, terutama dalam manifestasi beliau sebagai Rare Angon (Sang Hyang Rudra), agar selalu memberikan anugrah perlindungan dan keselamatan bagi semua makhluk hidup, terutama binatang ternak dan hewan peliharaan, karena hewan-hewan tersebut telah berjasa dalam menompang kehidupan manusia di dunia. Selain itu, makna lain yang terkandung dalam upacara ini adalah upaya untuk menyucikan jiwa (roh) dari hewan-hewan peliharaan/ternak. Diharapkan, di kehidupan selanjutnya, para binatang tersebut dapat naik ke derajat yang lebih tinggi, dan bisa terlahir sebagai manusia. Sekarang, terkait upacara Tumpek Kandang, bagaimana implementasi nyata kita untuk membantu menyelamatkan lingkungan dan menghargai semua mahkluk?

Saat ini banyak orang memilih menjadi seorang vegetarian, sebagai sebuah alternatif hidup berkualitas di era modern. Di Indonesia masyarakat masih beranggapan, bahwa orang menjadi vegetarian adalah karena larangan agama atau aliran kepercayaan (sampradaya) tertentu dan belum menjadi sebuah gaya hidup. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa dulu menjadi seorang vegetarian adalah karena mengikuti ajaran agama, sebagaimana dalam agama Hindu diajarkan Ahimsa, yang berarti tidak membunuh dan menyakiti, dan dalam agama Buddha mengenai dharma, cinta kasih dan kasih sayang terhadap semua makhluk. Namun jika kita maknai lebih mendalam, sebenarnya vegetarian adalah gaya hidup yang universal dan tidak terkait dengan agama tertentu.

Menjadi vegetarian bukan berarti orang tersebut tidak suka atau tidak mampu membeli daging, tentu ada alasan lain yang melatarbelakanginya. Seiring dengan kemajuan jaman, motivasi orang untuk menjadi vegetarian pun mulai berkembang, baik karena alasan medis, gaya hidup sehat, bahkan di sejumlah negara maju bergeser menjadi demi lingkungan dan etika. Demi lingkungan, karena untuk menghasilkan daging dalam skala besar diperlukan energi dan sumber daya yang besar pula, yang berimbas pada kerusakan lingkungan, dan di negara-negara maju hal tersebut menjadi isu penting. Sedangkan etika berhubungan dengan perilaku manusia yang keji, kejam dan semena-mena terhadap binatang. Selama manusia belum bisa menciptakan kehidupan, maka selama itu pula ia tidak berhak mengambil hak hidup (membunuh) mahkluk lain. Bagi kaum vegetarian, pembunuhan terhadap binatang sangat dihindari.

You are what you eat, atau Anda adalah apa yang Anda makan, merupakan ungkapan yang sangat populer di dunia Barat. Perilaku yang kejam dalam proses memperoleh, memperoses dan mengkonsumsi daging, akan memberikan dampak negatif bagi orang yang melakukannya. Para penikmat daging biasanya cendrung agresif, cepat marah, mudah stress dan lebih sering sakit. Sebaliknya kaum vegetarian cenderung lebih mampu menjaga kestabilan emosinya dan lebih jarang sakit. Untuk itu, gaya hidup vegetarian akan memberikan dampak positif bagi fisik-psikis manusia dan lingkungan hidup sekitarnya.

Perayaan Tumpek Kandang adalah upaya umat Hindu untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan berbagai hewan peliharaannya, baik unggas, babi, kambing, sapi dan sebagainya. Khusus sapi, dalam kitab suci Veda, disebutkan mengenai keangungan sapi dalam agama Hindu, bahwa sapi merupakan hewan yang sangat suci dan sangat mulia. Sapi diibaratkan sebagai seorang ibu yang memberi makan, memberi susu dan menyayangi anak-anaknya. Di jaman dahulu, masyarakat agraris menggunakan sapi dan kerbau untuk membantu proses pertanian dan transportasi, susunya diolah menjadi susu segar, ghe, yogurt, keju dan lain-lain, sedangkan kotorannya dipakai sebagai pupuk dan sarana penting upacara Agnihotra. Sedemikian besar jasa sapi bagi manusia, sehingga agama Hindu dengan jelas melarang umatnya untuk membunuh dan mengkonsumsi daging sapi, apalagi di luar kepentingan yadnya atau upacara.

Ironisnya, pembantaian sapi besar-besaran justru terjadi di Bali. Bukan hanya umat lain dan para wisatawan asing saja yang mengkonsumsi sapi, namun sekarang banyak umat Hindu yang tidak malu-malu lagi untuk menyantap olahan sapi, mereka sangat menggemari makanan-makanan berbahan dasar sapi, seperti bakso sapi, lawar sapi (godel), sate sapi, soto sapi, bahkan kuliner asing seperti steik sapi selalu ramai pengunjung. Dan yang paling disayangkan, di Bali telah dibangun Rumah Potong Hewan (Sapi) bertaraf internasional yang berlokasi di Gianyar, RPH ini menyedot anggaran pemerintah pusat dan pemda lebih dari 16 milyar. Jumlah yang sangat fantastis.
Sangat ironis memang, ajaran Hindu yang sangat memuliakan sapi, dimana sapi sebagai hewan suci dan lambang kendaraan Dewa Siwa justru dibantai besar-besaran di Bali. Upacara Tumpek Kandang yang seharusnya menjadi wujud penghargaan kita kepada para binatang terkadang hanya menjadi seremonial semu semata. Hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai moral agama di masyarakat telah dikalahkan oleh kilauan materi. Seharusnya kita bisa meneladani para sulinggih/pendeta dan pemangku yang memang sudah memahami ajaran Hindu dengan baik, dengan tidak mengkonsumsi daging, terutama daging sapi.

Sebaliknya, daripada membuat Rumah Potong Hewan dengan biaya mahal, alangkah baik dan mulianya jika di Bali justru dibangun peternakan susu sapi terbesar, dengan melibatkan serta memberdayakan masyarakat lokal. Untuk memperoleh susu berkualitas baik, maka sapi-sapi tersebut harus diperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang. Di Bali, pangsa pasar produk susu dan hasil olahannya masih terbentang luas, kebutuhan produk olahan susu sampai saat ini masih mengandalkan pasokan dari Jawa dan luar negeri. Agar berhasil, tentu saja rencana ini harus ditopang oleh manajemen serta pemasaran yang baik dan professional, dengan SDM-SDM yang berkualitas Jika ini bisa diwujudkan, maka taraf hidup masyarakat bisa terbantu, tanpa harus melakukan pembantaian terhadap sesama mahkluk ciptaan Tuhan.


Dikutip dari: Narottama, N. (2013). Majalah Hindu Raditya: http://majalahhinduraditya.blogspot.com/2013/06/tumpek-kandang-antara-konsep-dan.html

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites