Senin, 23 Juni 2014

MENGGAPAI BAHAGIA DENGAN TRI KAYA PARISUDHA


Om Swastyastu,
Hidup bahagia adalah dambaan setiap insan di muka bumi ini, sebagai manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk hidup lainnya kita menempuh banyak untuk dapat mencapai kehidupan bahagia dan sejahtera. Salah satu jalan itu adalah dengan menghayati dan melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha. Tri artinya tiga, Kaya berarti perilaku sedangkan Parisudha artinya suci. Jadi Tri Kaya Parisudha artinya tiga perbuatan yang harus disucikan. Tiga perilaku yang harus disucikan tersebut meliputi pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Pikiran yang suci disebut dengan Manacika Parisudha
Perkataan yang suci disebut dengan Wacika Parisudha
Perbuatan yang suci disebut dengan Kayika Parisudha
Ketiganya itu sangat berpengaruh pada kehidupan manusia dan merupakan unsur budi pekerti yang luhur. Orang bijaksana menyatakan :
Waspadalah terhadap pikiran anda karena ia akan menjadi kata-kata anda,
Waspadalah terhadap kata-kata anda karena ia akan menjadi tindakan anda
Waspadalah terhadap tindakan anda karena ia akan jadi sikap anda.

Dalam Kitab Sarasamuccaya 77 juga disebutkan :
Sebab yang membuat orang dikenal adalah perbuatannya, pikirannya, ucapan-ucapannya, hal itulah yang sangat menarik perhatian orang, untuk mengetahui kepribadian seseorang : oleh karena itu hendaklah yang baik itu selalu dibiasakan dalam laksana, perbuatan dan pikiran.

Berdasarkan uraian tadi maka jelaslah bagi kita bahwa pikiran manusia dapat menjadi sumber kebahagiaan atau sekaligus sumber kesengsaraan. Kalau kita mampu selalu mengupayakan adanya pikiran yang baik akan timbul perkataan yang baik dan seterusnya mewujudkan perbuatan yang baik.
Dari Tri Kaya Parisudha maka timbullah sepuluh pengendalian diri yang wajib dilaksanakan yaitu tiga macam berdasar pikiran, empat macam berdasar perkataan, dan tiga macam berdasar perbuatan.
Lebih lanjut bisa kami jelaskan sebagai berikut:
1)       Tidak mengingini sesuatu yang tidak halal atau tidak menginginkan barang milik rumah tangga. Secara sadar atau tidak, didalam setiap diri manusia terdapat sifat tamak atau rakus. Namun, sifat tersebut bisa dibawa kearah yang positif misalnya haus akan ilmu pengetahuan, maka kita haruslah giat menggali ilmu dengan membaca buku atau berguru pada Guru Pengajian. Sedangkan sifat tamak yang negative misalnya selalu iri melihat tetangga serba lebih dibandingkan diri kita. Namun rasa iri tersebut membuat kita jengkel, marah dan ingin memiliki apa yang tetangga punya dengan berbagai cara, bahkan yang tidak halal. Mencuri misalnya.. Ada pepatah mengatakan, rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Manusia tidak pernah puas atas apa yang dimilikinya.   
2)       Tidak berpikir buruk terhadap makhluk lain. Misalnya: pada suatu ketika kita melintas di depan sekelompok teman yang tertawa sambil sesekali berbicara berbisik-bisik. Jangan pernah curiga mereka mentertawakan kita.
3)       Tidak mengingkari Hukum Karma Phala. Dalam ajaran agama kita mengenal ajaran karma phala yaitu suatu hokum sebab akibat. Apapun yang kita lakukan baik buruk, berat ringan, besar kecil, jelas ada hasilnya  cepat atau lambat itu sudah pasti jangan pernah merasa sangsi akan hal tersebut.

Berikut adalah empat macam pengendalian berdasar perkataan antara lain :
1.        Tidak mencaci maki. Dimanapun kapanpun hendaknya kita hindari segala bentuk caci maki itu karena sungguh sangat menyakitkan dan berbahaya. Di televisi pernah ditayangkan bagaimana seorang pemuda dapat bersikap bengis emosinya meledak tidak terkontrol yang akhirnya berakibat fatal hanya karena dia dimaki oleh temannya. Pemuda tersebut secara brutal menyerang temannya yang telah memakinya itu hingga tewas.
2.        Tidak berkata kasar pada makhluk lain. Dalam kondisi apapun kita dituntut selalu mampu mengendalikan diri, jangan pernah berkata dengan nada tinggi, berteriak marah-marah kepada siapa saja baik kepada anak, suami atau istri maupun orang lain. Kalau misalnya dalam rumah tangga kita ada masalah yang membuat perasaan tidak nyaman atau marah mari komunikasikan bersama-sama secara baik untuk mencari solusinya. Jangan biarkan emosi menguasai diri kita sehingga melontarkan kata-kata kasar itu sungguh tiada terpuji.
3.        Tidak memfitnah. Kita harus mampu mengendalikan ucapan kita, berkata sesuai dengan kenyataan atau tidak mengada-ada yang merugikan orang lain. Ada ungkapan, “fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan”. Itu benar, sungguh sangat kejam. Bila kita mampu mengendalikan ucapan kita dengan tidak memfitnah berarti kita akan merasa nikmat hidup damai berdampingan.
4.        Tidak ingkar janji pada ucapan sendiri. Kita semua tahu janji adalah hutang apapun bentuknya tetap harus ditepati, apa yang telah kita ucapkan harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan sebagai wujud tanggung jawab kita terhadap janji yang telah kita buat.
Berikut adalah pengendalian diri berdasarkan perbuatan :
1.        Tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain. Dengan segala kelebihan kita sebagai manusia dibanding makhluk lainnya kita tentu dapat mengupayakan sikap atau perilaku yang mulia sesuai ajaran agama kita. Sesame saudara, sahabat, orang lain sekalipun kita hendaknya saling menyayangi. Termasuk mencintai binatang maupun tumbuh-tumbuhan sekalipun sebagai upaya melestarikan karunia Tuhan yang menjadi sumber kehidupan kita.
2.        Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda. Sesuatu yang kita dapatkan dengan cara yang tidak baik pasti tidak akan bertahan lama. Harta benda yang kita upayakan harus diusahakan dengan cara yang halal sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan pelaksanaan yadnya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.
3.        Tidak berzinah. Melakukan perbuatan tidak senonoh kepada istri atau suami orang adalah perbuatan tercela. Ditengah gelombang kehidupan yang semakin keras desakan ekonomi menghimpit namun kita tetap berpegang teguh kepada kesucian dan martabat kita baik dalam keluarga, masyarakat dan agama.
Demikianlah secara panjang lebar tentang upaya pengendalian diri sebagai wujud pelaksanaan Tri Kaya Parisudha. Bila sepuluh jenis pengendalian diri tersebut secara utuh dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari tentu kita merasakan kedamaian, ketentraman dan  kebahagiaan yang tiada tara. Untuk itu jangan pernah longgarkan kendali itu agar cita-cita kita terwujud.
Demikianlah beberapa pengetahuan dharma yang bisa kami sampaikan, semoga dapat meningkatkan sradha dan bhakti kita kepada Tuhan. Dan sebagaimana di awal telah kita buka dengan doa maka di akhir penyampaian ini juga kami tutup dengan doa:
Om Sarve bhavantu sukhinah
Sarve santu nira mayah
Sarve bhadrani pasyantu
Mi kas cid dukha bhag bhavet

“Ya Tuhan semoga semuanya memperoleh kebahagiaan, semoga semuanya memperoleh kedamaian, semoga semuanya memperoleh kebajikan, saling pengertian dan semoga semuanya terbebas dari penderitaan.”

Atas karuniaMu ya Tuhan damai dihati, damai dibumi dan damai selama-lamanya.
Om Santih, Santih, Santih Om
Penulis: Oleh : Regina Sherly Pentau, S.Ag

1 komentar:

swastyastu, saya atas nma melikianus milung, sya mahasiswa IKIP PGRI bali, dalam mnyusun tugas akhir, sya menganggkat sjarah awal berdrinya pura Cendana yg brada di kelurahan hambala kota waingapu, dan sya masih btuh banyak tntang sejarah awal brdirinya pura trsbut. dan sya mhon brikan msukan tntang hal iniii. trimaksih, om santi..santii...santi..om

Posting Komentar

Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites