Om Swastyastu,
Hidup bahagia adalah dambaan setiap insan di muka bumi ini, sebagai
manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk hidup lainnya kita menempuh
banyak untuk dapat mencapai kehidupan bahagia dan sejahtera. Salah satu jalan
itu adalah dengan menghayati dan melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha. Tri artinya tiga, Kaya berarti perilaku sedangkan Parisudha
artinya suci. Jadi Tri Kaya Parisudha artinya tiga perbuatan yang harus
disucikan. Tiga perilaku yang harus disucikan tersebut meliputi pikiran,
perkataan, dan perbuatan.
Pikiran yang suci disebut dengan Manacika Parisudha
Perkataan yang suci disebut dengan Wacika Parisudha
Perbuatan yang suci disebut dengan Kayika Parisudha
Ketiganya itu sangat berpengaruh pada kehidupan manusia dan
merupakan unsur budi pekerti yang luhur. Orang bijaksana menyatakan :
Waspadalah terhadap pikiran
anda karena ia akan menjadi kata-kata anda,
Waspadalah terhadap
kata-kata anda karena ia akan menjadi tindakan anda
Waspadalah terhadap
tindakan anda karena ia akan jadi sikap anda.
Dalam Kitab Sarasamuccaya 77 juga disebutkan :
Sebab yang membuat orang
dikenal adalah perbuatannya, pikirannya, ucapan-ucapannya, hal itulah yang sangat
menarik perhatian orang, untuk mengetahui kepribadian seseorang : oleh karena
itu hendaklah yang baik itu selalu dibiasakan dalam laksana, perbuatan dan
pikiran.
Berdasarkan uraian tadi maka jelaslah bagi kita bahwa pikiran
manusia dapat menjadi sumber kebahagiaan atau sekaligus sumber kesengsaraan.
Kalau kita mampu selalu mengupayakan adanya pikiran yang baik akan timbul
perkataan yang baik dan seterusnya mewujudkan perbuatan yang baik.
Dari Tri Kaya Parisudha maka timbullah sepuluh pengendalian diri
yang wajib dilaksanakan yaitu tiga macam berdasar pikiran, empat macam berdasar
perkataan, dan tiga macam berdasar perbuatan.
Lebih lanjut bisa kami jelaskan sebagai berikut:
1)
Tidak mengingini sesuatu yang
tidak halal atau tidak menginginkan barang milik rumah tangga. Secara sadar
atau tidak, didalam setiap diri manusia terdapat sifat tamak atau rakus. Namun,
sifat tersebut bisa dibawa kearah yang positif misalnya haus akan ilmu
pengetahuan, maka kita haruslah giat menggali ilmu dengan membaca buku atau berguru
pada Guru Pengajian. Sedangkan sifat tamak yang negative misalnya selalu iri
melihat tetangga serba lebih dibandingkan diri kita. Namun rasa iri tersebut
membuat kita jengkel, marah dan ingin memiliki apa yang tetangga punya dengan
berbagai cara, bahkan yang tidak halal. Mencuri misalnya.. Ada pepatah
mengatakan, rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Manusia tidak
pernah puas atas apa yang dimilikinya.
2)
Tidak berpikir buruk terhadap
makhluk lain. Misalnya: pada suatu ketika kita melintas di depan sekelompok
teman yang tertawa sambil sesekali berbicara berbisik-bisik. Jangan pernah
curiga mereka mentertawakan kita.
3)
Tidak mengingkari Hukum Karma
Phala. Dalam ajaran agama kita mengenal ajaran karma phala yaitu suatu hokum
sebab akibat. Apapun yang kita lakukan baik buruk, berat ringan, besar kecil,
jelas ada hasilnya cepat atau lambat itu
sudah pasti jangan pernah merasa sangsi akan hal tersebut.
Berikut adalah empat macam pengendalian berdasar
perkataan antara lain :
1.
Tidak mencaci maki. Dimanapun kapanpun
hendaknya kita hindari segala bentuk caci maki itu karena sungguh sangat
menyakitkan dan berbahaya. Di televisi pernah ditayangkan bagaimana seorang
pemuda dapat bersikap bengis emosinya meledak tidak terkontrol yang akhirnya
berakibat fatal hanya karena dia dimaki oleh temannya. Pemuda tersebut secara
brutal menyerang temannya yang telah memakinya itu hingga tewas.
2.
Tidak berkata kasar pada
makhluk lain. Dalam kondisi apapun kita dituntut selalu mampu mengendalikan
diri, jangan pernah berkata dengan nada tinggi, berteriak marah-marah kepada
siapa saja baik kepada anak, suami atau istri maupun orang lain. Kalau misalnya
dalam rumah tangga kita ada masalah yang membuat perasaan tidak nyaman atau
marah mari komunikasikan bersama-sama secara baik untuk mencari solusinya.
Jangan biarkan emosi menguasai diri kita sehingga melontarkan kata-kata kasar
itu sungguh tiada terpuji.
3.
Tidak memfitnah. Kita harus
mampu mengendalikan ucapan kita, berkata sesuai dengan kenyataan atau tidak
mengada-ada yang merugikan orang lain. Ada ungkapan, “fitnah itu lebih kejam
dari pembunuhan”. Itu benar, sungguh sangat kejam. Bila kita mampu
mengendalikan ucapan kita dengan tidak memfitnah berarti kita akan merasa
nikmat hidup damai berdampingan.
4.
Tidak ingkar janji pada ucapan
sendiri. Kita semua tahu janji adalah hutang apapun bentuknya tetap harus
ditepati, apa yang telah kita ucapkan harus direalisasikan dalam bentuk
perbuatan sebagai wujud tanggung jawab kita terhadap janji yang telah kita
buat.
Berikut adalah pengendalian diri berdasarkan perbuatan :
1.
Tidak menyiksa atau membunuh
makhluk lain. Dengan segala kelebihan kita sebagai manusia dibanding makhluk
lainnya kita tentu dapat mengupayakan sikap atau perilaku yang mulia sesuai
ajaran agama kita. Sesame saudara, sahabat, orang lain sekalipun kita hendaknya
saling menyayangi. Termasuk mencintai binatang maupun tumbuh-tumbuhan sekalipun
sebagai upaya melestarikan karunia Tuhan yang menjadi sumber kehidupan kita.
2.
Tidak melakukan kecurangan
terhadap harta benda. Sesuatu yang kita dapatkan dengan cara yang tidak baik
pasti tidak akan bertahan lama. Harta benda yang kita upayakan harus diusahakan
dengan cara yang halal sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
pelaksanaan yadnya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.
3.
Tidak berzinah. Melakukan
perbuatan tidak senonoh kepada istri atau suami orang adalah perbuatan tercela.
Ditengah gelombang kehidupan yang semakin keras desakan ekonomi menghimpit
namun kita tetap berpegang teguh kepada kesucian dan martabat kita baik dalam
keluarga, masyarakat dan agama.
Demikianlah secara panjang lebar tentang upaya
pengendalian diri sebagai wujud pelaksanaan Tri Kaya Parisudha. Bila sepuluh
jenis pengendalian diri tersebut secara utuh dapat kita laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari tentu kita merasakan kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan yang tiada tara. Untuk itu jangan
pernah longgarkan kendali itu agar cita-cita kita terwujud.
Demikianlah beberapa pengetahuan dharma
yang bisa kami sampaikan, semoga dapat meningkatkan sradha dan bhakti kita
kepada Tuhan. Dan sebagaimana di awal telah kita buka dengan doa maka di akhir penyampaian
ini juga kami tutup dengan doa:
Om Sarve bhavantu sukhinah
Sarve santu nira mayah
Sarve bhadrani pasyantu
Mi kas cid dukha bhag bhavet
“Ya Tuhan semoga semuanya memperoleh kebahagiaan,
semoga semuanya memperoleh kedamaian, semoga semuanya memperoleh kebajikan,
saling pengertian dan semoga semuanya terbebas dari penderitaan.”
Atas karuniaMu ya Tuhan damai dihati, damai dibumi dan damai
selama-lamanya.
Om Santih, Santih, Santih Om
Penulis: Oleh : Regina Sherly Pentau, S.Ag
1 komentar:
swastyastu, saya atas nma melikianus milung, sya mahasiswa IKIP PGRI bali, dalam mnyusun tugas akhir, sya menganggkat sjarah awal berdrinya pura Cendana yg brada di kelurahan hambala kota waingapu, dan sya masih btuh banyak tntang sejarah awal brdirinya pura trsbut. dan sya mhon brikan msukan tntang hal iniii. trimaksih, om santi..santii...santi..om
Posting Komentar
Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar