Pura Agung
Giri Kertha Bhuwana Kolhua Kupang, merupakan salah satu pura yang menjadi
kebanggaan umat Hindu di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kabupaten/Kota
Kupang. Pura ini dibangun sejak Bulan Oktober 2000, dimulai dari persiapan,
pembersihan, dan perataan/pematangan area pura.
Dalam sambutannya, Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI (yang dibacakan oleh Direktur Bidang Pendidikan, Drs I Made Sujana) mengharapkan kepada umat se dharma agar terus melakukan kegiatan keagamaan di pura ini agar dapat memaksimalkan fungsinya sebagai tempat peribadatan. Pura Agung Giri Kertha Bhuwana ini, juga pura-pura lainnya, harus mampu menjadi benteng moral dalam menangkal dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, informasi, dan teknologi, karena pura sebagai tempat untuk memohon kekuatan kepada Brahman/Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari segala godaan duniawi. Selain itu, Dirjen juga berharap agar dapat difungsikan sebagai tempat kegiatan pendidikan agama dan keagamaan, dan tempat melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Sementara itu, Gubernur dalam sambutannya (yang dibacakan oleh Asisten III Setda Prov. NTT, Drs. Simon P. Mesah, M.Si) menyatakan kiranya tempat suci ini dapat dimanfaatkan oleh segenap umat Hindu di Kabupaten/Kota Kupang untuk dapat melaksanakan sembahyang dan upacara-upacara keagamaan, serta dapat dimanfaatkan sesuai kegunaan dan fungsinya. Kepada umat Hindu Gubernur berharap kiranya dapat terus membina kerukunan demi kebersamaan menuju kesejahteraan masyarakat. Hubungan sosial dengan umat lain senantiasa dijaga, sehingga tercipta keharmonisan dan ketentraman Peresmian pura ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemukulan gong. Usai peresmian, undangan diberi kesempatan untuk meninjau lokasi dan bangunan pura dan selanjutnya dilakukan penanaman beberapa pohon di pelataran pura oleh Gubernur NTT, wakil Walikota Kupang, Ketua DPRD Kota Kupang, Ketua PHDI Provinsi NTT disertai oleh Uskup Agung Kupang, dan Ketua MUI Provnsi NTT.
Pada awalnya, pengembang Perumahan Lopo Indah,
menghibahkan lahan yang berada di Kelurahan Kolhua, di sekitar perumahan Lopo
Indah Permai kepada umat Hindu untuk tempat ibadah. Hal ini disikapi oleh umat
yang berada di komplek perumahan Lopo Indah dengan mengadakan rapat yang saat
itu dihadiri oleh Pinandita Drs. IGM. Putra Kusuma, M.Si. yang kebetulan bliau
ketika itu menjabat sebagai Wakil Ketua PHDI NTT, dan pinandita bapak I Dewa
Ketut Alit Swastama. Hasil pertemuan tersebut menyepakati untuk membangun sebuah
pura. Selanjutnya, kesepakatan tersebut disampaikan ke
Ketua PHDI NTT Bapak I Nyoman Kusumanata, dan ketua PHDI NTT pun menyambut baik
gagasan tersebut. Kemudian dibentuklah suatu Panitia Pembangunan, diketuai oleh
Bapak Nyoman Mastu, B.Sc., yang bertugas untuk menggalang dana, dan pembangunan
pura dimaksud. Selanjutnya, pengurus PHDI NTT dan Panitia Pembangunan, serta
umat, bersima krama dengan Bapak Mangku Pastika, sebagai Kapolda NTT yang baru saja dilantik.
Pada saat itu disampaikan gagasan tentang pembangunan pura di atas area lahan hibah dimaksud, dan gagasan
tersebut sangat disetujui, bahkan Bliau
menyanggupi untuk mepunia Padmasana. Mulai saat itu, umat saling bahu membahu
bergotong royong untuk pematangan lahan.
Pembangunan Padmasana dimulai pada Tanggal 15 Maret 2001, dan
secara bertahap pembangunan pura terus berlanjut. Akhirnya, atas tuntunan Brahman,
Ida Sang Hyang Widhi, serta partisipasi yang begitu besar dari warga Hindu
di Kabupaten/Kota Kupang, yang didukung pemerintah pusat melalui Ditjen Bimas
Hindu Kemenag RI, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Kabupaten/Kota
Kupang, serta para dermawan yang budiman, akhirnya pembangunan Pura Agung Giri Kertha Bhuwana, yang
berdiri di atas lahan seluas 3.101 m2 (bersertifikat) telah dapat diselesaikan
secara keseluruhan pada awal Tahun 2008. Pura ini terdiri atas 3 bagian,
yaitu Area Utama Mandala (Jeroan) yang di atasnya terdapat bangunan Padmasana,
Pengrurah, Pepelik, Bale Pawedan, dan Gedong Penyimpanan.
Sedangkan Area Jaba Tengah dengan Area Jaba Sisi, dipisahkan oleh bangunan Candi Bentar. Pura Agung Giri Kertha Bhuwana mengandung arti sebagai berikut:
Jadi Pura Giri Kertha
Bhuwana, berarti sebuah tempat suci (merupakan linggih/stana Brahman, Ida Sang Hyang Widhi) yang utama
(mulia) berada di atas bukit/gunung yang dapat memberikan rasa ketentraman,
kesentausaan, dan kesejahteraan lahir dan banthin bagi umat manusia, khususnya
umat Hindu, baik dalam bhuwana alit, maupun bhuwana agung.
Area Madya Mandala (Jaba Tengah), berdiri bangunan Bale Kulkul,
Bale Pertemuan, dan Apit Lawang, dan Area
Nista Mandala (Jaba Sisi), ada sebuah bangunan yang berfungsi sebagai dapur,
kamar mandi, ruangan penjaga pura. Area Mandala Utama dengan Area Jaba Tengah
dipisahkan oleh bangunan Kori Agung. Sedangkan Area Jaba Tengah dengan Area Jaba Sisi, dipisahkan oleh bangunan Candi Bentar. Pura Agung Giri Kertha Bhuwana mengandung arti sebagai berikut:
- Pura, adalah tempat suci umat Hindu yang merupakan stana (linggih, tempat) Brahman, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan merupakan kebutuhan spiritual umat Hindu didalam menghaturkan dharma bhaktinya kepada sang pencipta,
- Agung, berarti utama, besar, dan mulia,
- Giri, berarti gunung,
- Kertha, berarti tentram, sejahtera, aman, dan sentosa, dan Bhuwana, berarti alam jagad raya.
Jadi Pura Giri Kertha
Bhuwana, berarti sebuah tempat suci (merupakan linggih/stana Brahman, Ida Sang Hyang Widhi) yang utama
(mulia) berada di atas bukit/gunung yang dapat memberikan rasa ketentraman,
kesentausaan, dan kesejahteraan lahir dan banthin bagi umat manusia, khususnya
umat Hindu, baik dalam bhuwana alit, maupun bhuwana agung.
Sebagai suatu pura yang telah selesai dibangun secara
lengkap, maka sudah sepatutnya sebelum difungsikan sesuai dengan peruntukannya,
perlu dilakukan suatu upacara Ngenteg
Linggih (ngenteg berarti
mengukuhkan, dan linggih berarti
tempat atau stana). Ngenteg Linggih
dapat diartikan sebagai suatu upacara untuk menyucikan, mensakralkan,
menstanakan, Nyasa tempat pemujaan terhadap Brahman,
Ida Sang Hyang Widhi, atau Ngenteg linggih merupakan suatu upacara untuk
memulai menstanakan Ida Sang Hyang Widhi di Pura Agung Giri Kertha Bhuwana Kolhua
Kupang. Melalui karya Ngenteg Linggih, akan memberikan motivasi, rasa memiliki
yang besar bagi umat Hindu (pengemponnya), serta dapat terjalin hubungan yang
harmonis secara vertikal maupun horisontal (Tri
Hita Karana: hubungan antara manusia, manusia dengan lingkungannya, dan
manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi). Tujuan dilaksanakannya Karya Ngenteg
Linggih tersebut adalah untuk menyucikan, menstanakan linggih Brahma, Ida Sang Hyang Widhi di Pura
Agung Giri Kertha Bhuwana scara sekala dan niskala. Selanjutnya dapat
diharapkan vibrasi kesucian pura akan semakin meningkat dan dapat memberikan
rasa nyaman, rahayu, sejahtera lahir dan banthin bagi seluruh umatNYA.
Puncak Karya Ngenteg Linggih
dilaksanaan pada hari Sabtu, Tanggal 7
Juni 2008 (Saniscara Umanis Watugunung)
bertepatan dengan hari raya Saraswati,
tetapi runtutan kegiatannya sudah dimulai sejak Tanggal 4 Mei 2008, yaitu pada
saat ‘nuwasen karya’ (hari baik
memulai persiapan pelaksanaan karya), sampai penyelenggaraan karya enam (6) bulan
berikutnya, yaitu pada Hari Sabtu, 3 Januari 2009. Karya Ngenteg Linggih ini, dipuput oleh
Sulinggih/Pandita IDA PEDANDA GDE PANJI
SOGATA
Peresmian secara skala, dilakukan
oleh Gubernur NTT pada Tanggal 7 Juni 2008 pada pagi hari Jam 08.00-11.30 Wita,
dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia, Gubernur
Nusa Tenggara Timur, Wakil Walikota Kupang, Wakil ketua DPRD Kota Kupang, Kakanwil
Departemen Agama Prov. NTT, Uskup Agung Kupang, Sekretaris Keuskupan, Ketua MUI
Provonsi NTT, PHDI Provinsi NTT, Muspida Provinsi, Kabupaten, dan Kota Kupang,
para rohaniawan, tokoh-tokoh masyarakat di lingkungan BTN Kolhua Kupang,
seluruh umat Hindu di Kabupaten dan Kota Kupang.
Dalam sambutannya, Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI (yang dibacakan oleh Direktur Bidang Pendidikan, Drs I Made Sujana) mengharapkan kepada umat se dharma agar terus melakukan kegiatan keagamaan di pura ini agar dapat memaksimalkan fungsinya sebagai tempat peribadatan. Pura Agung Giri Kertha Bhuwana ini, juga pura-pura lainnya, harus mampu menjadi benteng moral dalam menangkal dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, informasi, dan teknologi, karena pura sebagai tempat untuk memohon kekuatan kepada Brahman/Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari segala godaan duniawi. Selain itu, Dirjen juga berharap agar dapat difungsikan sebagai tempat kegiatan pendidikan agama dan keagamaan, dan tempat melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Sementara itu, Gubernur dalam sambutannya (yang dibacakan oleh Asisten III Setda Prov. NTT, Drs. Simon P. Mesah, M.Si) menyatakan kiranya tempat suci ini dapat dimanfaatkan oleh segenap umat Hindu di Kabupaten/Kota Kupang untuk dapat melaksanakan sembahyang dan upacara-upacara keagamaan, serta dapat dimanfaatkan sesuai kegunaan dan fungsinya. Kepada umat Hindu Gubernur berharap kiranya dapat terus membina kerukunan demi kebersamaan menuju kesejahteraan masyarakat. Hubungan sosial dengan umat lain senantiasa dijaga, sehingga tercipta keharmonisan dan ketentraman Peresmian pura ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemukulan gong. Usai peresmian, undangan diberi kesempatan untuk meninjau lokasi dan bangunan pura dan selanjutnya dilakukan penanaman beberapa pohon di pelataran pura oleh Gubernur NTT, wakil Walikota Kupang, Ketua DPRD Kota Kupang, Ketua PHDI Provinsi NTT disertai oleh Uskup Agung Kupang, dan Ketua MUI Provnsi NTT.
Sumber:
Laporan Panitia Ngenteg Linggih Pura Giri Kertha Bhuwana Kolhua Kupang, 2008
I GM. Putra Kusuma, Tokoh Umat, Ketua PHDI Prov. NTT
Laporan Panitia Ngenteg Linggih Pura Giri Kertha Bhuwana Kolhua Kupang, 2008
I GM. Putra Kusuma, Tokoh Umat, Ketua PHDI Prov. NTT
0 komentar:
Posting Komentar
Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar