Rabu, 19 Februari 2014

GALUNGAN SEBAGAI WUJUD PELAKSANAAN KARMA DAN WATAK DALAM MEMBENTUK MANUSIA SEJATI



OM ASATO SADMAYA TAMASO MAJYOTIR GAMAYA MRTYOR MA ARRTAM GAMAYA
OM LOKA SAMASTHA SUKINO BHAWANTU
(Om Hyangwidhi yang mahasuci, bimbinglah kami dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah kami dari kegelapan pikiran  menujucahaya pengetahuan yang terang, Lepaskanlah kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi .
Om HyangWidhi semoga alam raya beserta segala isinya dapat hidup rukun dan damai
Apabila di cermati tema tersebut ada tiga sub pokok yaitu Galungan, Karma dan Watak. Galungan yang telah dirayakan Umat Hindu tepatnya, Rabu Kliwon Wuku Dungulan tanggal 27 Maret 2013 mengandung makna sebagai hari raya peringatan menangnya dharma melawan adharma,  dari makna hari raya ini tentunya kita bertanya kemenangan yang seperti apa yang telah kita raih sehingga umat Hindu  merayakannya dengan penuh suka cita dan mewah (dengan berbagai hiasan-hiasan, penjor, gantungan yang menanmbah indah suasana sembahyang hari tersebut.
Di dalam diri manusia terdapat dua unsure yaitu Ahamkara (sumber kejahatan) dan Budhi (sumber kebaikan), salah satu contoh Ahamkara adalah musuh yang ada dalam diri manusia yakni Sad Ripu (kama, lobha, krodha, moha, mada dan matsarya). Penjuangan dari sifat-sifat jahat dan buruk akan terjadi setiap saat dan terus-menerus dalam diri manusia.
Pergulatan antara ahamkara (sumber kejahatan) dengan budhi (sumber kebaikan) dalamdirimanusiaterjadisetiapsaat. Dan sesungguhnyaperjuanganiniadalahsatupergulatan yang paling sulitdapatdiatasi.Sebab, jikasraddhadan bhakti tidak kuat maka manusia itu akan dikuasai oleh ahamkara-nya. Maka kemenangan yang telah di rayakan ini sebagai wujud penguasaan ahamkara oleh budhi. Orang yang bijak menyampaikan:
apabila kita dapat menaklukkan musuh sebanyak seribu orang (musuh) adalah disebut
pahlawan, orang yang dapat menaklukkan dirinya sendirinya pun juga disebut pahlawan.
Bahkan menundukkan musuh-musuh yang ada di dalam diri sendiri (yang tergolong Sad Ripu itu), sesungguhnya tidaklah semudah menundukkan seribu musuh yang ada di dalam alam lingkungan kita”

Maka penguasaan dan pengendalian diri sungguh amat mutlak diperlukan dalam rangka pembentukan watak dan kepribadian.
Dan karma adalah Aktifitas, Segala perbuatan yang telah dilakukan seseorang ialah karma, dapat pula diartikan sebagai akibat dari perbuatan, yang secara batiniah dimaksudkan bahwa apa yang terjadi sekarang adalah sebab dari perbuatan-perbuatan yang lampau.
Dalam falsafah dikemukakan bahwa pengetahuan adalah cita-cita atau tujuan hidup seseorang dan kesenangan bukanlah suatu tujuan hidup seseorang. Amatlah keliru jika kita menduga bahwa kesenangan itua dalah tujuan hidup, sebab dari sekian banyaknya kesulitan yang menimpa seseorang di dunia ini ialah karena adanya pikiran yang keliru bahwa kesenanganlah yang harus di kejar. Setiap keadaan suka dan duka, kebahagiaan dan penderitaan merupakan guru-guru bagi kita dalam upaya memperoleh suatu pengetahuan daripengalaman, yang kemudian akan meninggalkan berbagai kesanya itu dari baik dan buruk yang akan membentuk "karakter atau watak”. Dalam setiap kehidupan orang-orang besar sudah pasti mereka telah menerima pelajaran-pelajaran dari sebuah nilai kesusahan bukan dari kesenangan, dankemiskinan/kesusahan memberikan pelajaran yang lebih berarti dari pada kekayaan.
Semua pengetahuan baik duniawi maupun rohani, ada di dalam pikiran seseorang, Dalam banyak hal pengetahuan itu tidak ditemukan karena ia tinggal tertutup, bilamanatutupanituperlahan-lahan di buka maka kita berkata "saya tahu", dan kemajuan daripada ilmu pengetahuan disebabkan oleh kemajuan dari proses pembukaan pikiran. Orang yang lapisan-lapisan pikirannya sudah tersingkap semuanya disebut orang yang sangat mengetahui (Waskita).
Pengetahuan inilah yang mampu menuntun manusia dalam melaksanakan karma karena pengetahuan itu adalah suci, yang membuat karma seseorang tidak baik karena pengaruh unsure Ahamkara yang lebih besar dibandingkan Budhi. Budhi yang menjadi dasar setiap aktifitas akan melahirkan watak atau karakter yang luar biasa menjadikan cermin manusia sejati.
Kalau kita ingat ada sebuah contoh pahlawan, kira-kira dua bulan yang lalu di daerah bekasi seorang karyawan bank yang tugas setiap harinya adalah klining service disuatu hari dia menemukankan tong plastik yang tergeletak di depan pintu masuk bank, setelah diperiksa ternyata isinya uang sejumlah 100 juta, di bawalah segepok uang itu oleh seorang klining service tersebut, tetapi klining service ini mempunyai budhi yg lebih besar dibandingkan ahamkara sehingga uang itu tidak dibawa pulang, melainkan dilaporkan kepada security bank yang akhirnya diserahkan ke pihak bank, ternyata uang tersebut adalah milik bank yang terjatuh. Satu contoh kemenangan manusia terhadap ahamkara yang ada dalam diri manusia
Dalam kitab suci Bhagawad Gita dijelaskan,
"hanya dengan perbuatanlah seseorang itu bias memperoleh kesempurnaan, karena itu
hendaknyalah pekerjaan itu dilakukan untuk pemeliharaan dunia"
Dari isi kitab di atas tentunya hari ini kita dapat mengambil hikmah dari perayaan hari raya Galungan, manusia yang mampu membangkitkan Budhi dan memendam ahamkara dalam setiap aktifitasnya/karma itu yang disebut dengan manusia sejati.
Penulis: Leni Kusmiati, S.Ag. Guru Agama Hindu di SMTP Negeri 1 Kupang, Anggota pengurus harian PHDI NTT bidang Wanita, Pemuda, dan Anak.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites