Selasa, 18 Februari 2014

SEMBAHYANG SEBAGAI KEBUTUHAN JIWA



Om Swastyastu,

Beberapa hari lalu kita umat Hindu merayakan hari raya galungan dan kuningan yaitu peringatan hari kemenangan dharma melawan adharma (kebaikan melawan kejahatan).

Semoga atas perlindunganNya kita semua dapat menjalankan kewajiban kita beribadah dengan baik sesuai dengan agama kita masing-masing. Tiada pernah usai kita syukuri karunia kasih Tuhan Yang Maha Esa kepada kita semua, kita dianugrahi kesehatan, rejeki, dan keberhasilan atas segala upaya yang telah kita lakukan. Dalam mewujudkan sraddha dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita sebagai umat Hindu melaksanakan persembahyangan sesuai dengan sastra agama kita.

Sembahyang disini memiliki pengertian yang cukup luas yaitu melakukan pemujaan serta penghormatan kepada Tuhan. Dalam sembahyang terkandung pula sebuah pengertian yaitu penyerahan diri kepada yang kita sembah yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Sembahyang merupakan wujud nyata kegiatan beragama dengan tujuan menghormat, memohon, bersyukur, menyerahkan diri, menyatukan diri, serta menghamba kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Yang Maha Suci dan Maha Pencipta.

Dalam Kitab Suci Weda, ilmu pengetahuan tentang sembahyang dijelaskan dalam kelompok ilmu yang disebut Upasana yang berarti pemujaan, kebhaktian dan juga pelayanan. Mendekatkan diri kepada Tuhan melalui sembahyang dengan landasan bhakti yoga dan upasana adalah jalan yang paling mudah dan paling umum dapat dilakukan oleh umat Hindu dengan satu keyakinan yang disembah itu “Ada”. Orang yang senantiasa merasa dekat dengan Tuhan akan memberi pengaruh kesucian kepada dirinya karena Tuhan bersifat Maha Suci.

Dalam Kitab Bhagavad Gita Bab XVIII sloka 65 disebutkan :

Pusatkankanlah pikiranmu kepadaKu, berbhakti kepadaKu, sembahlah Aku, sujudlah padaKu. Setelah melakukan disiplin pada dirimu sendiri dan aku  sebagai tujuanMu Engkau akan datang (mendekat) padaKu.

 Yang dimaksud Aku dalam sabda Tuhan tadi adalah Tuhan Yang Maha Kuasa itu sendiri dan yang dimaksud dengan kamu atau Engkau adalah umat ciptaanNya. Dengan demikian berbhakti pada Tuhan berarti seseorang akan dapat mendekatkan diri bahkan dapat menyatu padaNya. Dalam Bhagavad Gita Bab XVIII Sloka 55 :

 “Dengan jalan bhakti ia mengetahui Aku, siapapun bagaimanapun Aku sebenarnya ia seketika manunggal dengan aku.”



Jadi semakin jelas bahwa hanya dengan jalan bhakti itu sendiri seseorang akan dapat mendekatkan diri atau manunggal dengan Tuhan. Dan salah satu wujud pengamalan bhakti tersebut adalah sembahyang. Pada dasarnya dalam sembahyang terkandung dua hal yang sangat penting :

Yang pertama, sembahyang merupakan pernyataan atau wujud dari penyembah itu, yakinbahwa yang disembah itu ada, Ia Yang Maha Kuasa atas segala ciptaanNya.

Yang kedua, pernyataan bahwa penyembah menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya. Maka dari kedua hal tadi dapat kita simpulkan isi sembahyang kita adalah berupa :

1.          Memuja dan memuji keagungan serta mensyukuri segala karunia Tuhan.

2.          Permohonan-permohonan seperti permohonan keselamatan, keberhasilan,kesejahteraan, panjang umur dan pengampunan atas segala dosa-dosa kita.

Yang perlu pula untuk kita pahami dalam persembahyangan adalah arti dari masing-masing sarana persembahyangan itu. Kita umat Hindu dalam melaksanakan persembahyangan tidak terlepas dari yang namanya sarana. Sarana seperti, bunga, daun, buah, air juga api, disamping doa-doa pujaan yang kita ucapkan. Sebagai contoh kita sembahyang memakai sarana bunga, tetapi apakah kita tahu penggunaan sarana bunga itu melambangkan apa? Bunga itu sebagai lambang ketulusikhlasan pikiran yang suci dalam memuja Tuhan. Penggunaan sarana persembahyangan yang kita laksanakan bukan tanpa dasar kitab suci yang jelas. Dalam Bhagavad Githa Sloka 26 disebutkan: “Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan padaKu daun, bunga, buah atau air, persembahan yang didasari oleh suatu cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci Aku terima”

Dari sabda Sri Krisna sebagai awatara Wisnu mengenai unsure-unsur pokok dari lambing persembahan itu lalu berkembanglah menjadi berbagai bentuk sesajen. Namun yang harus kita perhatikan adalah landasan utama atau yang paling mendasar dari setiap persembahan adalah kesucian hati dan cinta kasih. Karena persembahan atau yadnya yang dilaksanakan dengan didasari hati yang suci dan cinta kasih itulah yang diterima oleh Tuhan walaupun pada tingkat yang paling sederhana. Yadnya yang besar, mewah, tetapi jika dilandasi oleh ego pamer tiadalah berarti dan itu sia-sia belaka.

Setelah sembahyang dengan rutin kita laksanakan sebagai kewajiban umat beragama, pernahkah kita berpikir manfaat apa yang kita peroleh dari sembahyang tersebut? Disadari atau tidak manfaatnya luar biasa, dapat saya jelaskan sebagai berikut :

1.          Menumbuhkan Keikhlasan

Dengan melakukan sembahyang kita dididik untuk memiliki sifat ikhlas. Ikhlas pada hakikatnya merupakan kebutuhan jiwa manusia. Karena apapun yang ada pada diri kita tidak ada yang kekal, semua satu persatu atau bersama-sama akan pergi berpisah dengan diri kita. Kita harus ikhlas dan berjiwa besar menerima kenyataan-kenyataan yang memang rasanya pahit. Keikhlasan inilah yang akan dapat meringankan rasa penderitaan yang kita alami, karena kita telah paham benar akan kehendak Yang Maha Kuasa. Dan justru karena keikhlasan itulah kita tetap akan bersemangat dalam mewujudkan cita-cita. Hidup tanpa cita-cita tidak ada bedanya dnegan orang mati. Cita-cita tanpa kerja, sama dengan mimpi. Namun yang perlu diingat adalah, manusia boleh berusaha tetapi Tuhanlah yang menentukan. Apapun yang merupakan hasil kerja kita itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Keikhlasan disini bukan menyerah tanpa usaha. Nasib bukan berarti hasil berdiam diri. Nasib adalah kenyataan daripada kerja. Keikhlasan adalah meringankan penderitaan orang yang tidak memiliki keikhlasan dan selalu  gelisah dan gusar menerima kenyataan yang pahit. Dan melonjak-lonjak penuh keangkuhan atau kesombongan kalau kenyataan itu manis dan menyenangkan. Sembahyang yang tekun akan menimbulkan keyakinan diri bahwa Tuhan selalu dirasakan dekat padanya. Rasa ikhlas akan dapat meringankan penderitaan dan kegelisahan jiwa. Apapun kenyataan yang diterima tidak akan pernah menghentikan usaha untuk berkarma berdasarkan darma. Sembahyang yang melahirkan keikhlasan jiwa adalah sembahyang didasarkan pada sastra agama.

2.          Menentramkan Jiwa

Rasa aman dan jiwa yang tentram juga merupakan kebutuhan rohani pada setiap orang. Rasa aman akan dirasakan oleh orang yang selalu merasa dekat dengan Tuhan. Rasa aman itu timbul karena adanya keyakinan bahwa Tuhan selalu akan melindungi diri umatnya. Jiwa yang tentram adalah jiwa tyang terlepas dari rasa cemas, gelisah, bingung, ragu-ragu dan kecewa. Nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai material hanya akan dapat ditumbuhkan oleh manusia yang berjiwa tentram. Manusia yang berjiwa tentram akan menjadi manusia-manusia yang produktif dan hidup bergairah. Hidup di dunia ini akan dirasakan sangat indah dan semarak sebagai tempat berkarma untuk meningkatkan diri. Keadaan yang tidak baik justru menjadi dorongan bagi manusia yang berjiwa tentram untuk berkarma dengan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Ketentraman jiwa yang ditumbuhkan oleh ketekunan sembahyang akan dapat membantu kesehatan tubuh. Jiwa yang sehat modal awal dari membina kehidupan yang bahagia lahir dan batin.

3.          Mengatasi Perbudakan Materi

Manusia tidak dapat lepas dengan artha benda. Harta benda itu adalah alat manusia untuk mencapai kebahagiaan. Tapi harus diingat bahwa harta benda itu merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan. Jadi kiranya, manusia yang mengendalikan harta benda. Jangan sampai harta benda yang sebaliknya justru mengendalikan pikiran manusia dan membuat manusia berpikir bahwa harta benda merupakan nilai tertinggi dan tujuan utama dalam kehidupan. Manusia yang demikianlah yang akan diperbudak oleh materi. Namun dengan ketekunan sembahyang orang akan dapat melihat dengan terang. Harta benda itu harus dicari demi melaksanakan dharma. Untuk mencari sahabat, untuk membantu orang miskin, untuk berbhakti kepada orang tua, pada saudara, membantu orang sakit, dan menyemarakkan kehidupan beragama. Orang yang terang pandangannya karena ketekunan sembahyang akan aktif mencari harta benda, tetapi dia tetap tidak diperbudak oleh harta benda itu. Pendekatan dengan Tuhan melalui ketekunan persembahyangan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan karena dengan meningkatnya kemakmuran itulah dharma lebih dapat diwujudkan.

4.          Menumbuhkan Cinta Kasih

Rasa dekat dengan Tuhan yang ditumbuhkan oleh ketekunan sembahyang, akan meningkatkan rasa cinta kasih kepada sesama. Karena jiwatman yang ada pada semua makhluk adalah satu. Bersumber dari Tuhan. Manusia yang telah memiliki rasa dekat dengan Tuhan akan semakin tumbuh rasa kasihnya dengan sesama manusia. Rasa kasih itu menumbuhkan rasa kebersamaan untuk mengatasi berbagai kesukaran-kesuakaran hidup. Sembahyang yang tekun akan dapat menghilangkan rasa benci, marah, dendam, iri hati dan mementingkan diri sendiri. Karena membenci orang lain sama saja dengan membenci diri sendiri.

5.          Melestarikan Alam

         Dengan sembahyang kita dimotivasi untuk melestarikan bunga-bungaan, daun-daunan, pohon buahan-buahan yang kita butuhkan sebagai sarana persembahyangan. Dalam upacara persembahyangan juga membutuhkan air dari sumber-sumber mata air yang alami. Semua ini menimbulkan usaha untuk melestarikan sumber-sumber mata air tersebut. Manusia pun lewat ketekunan sembahyang akan tumbuh rasa cinta akan alam ciptaan Tuhan. Rasa cinta ala mini pun akan mendorong manusia untuk melestarikan alam lingkungan yang amat besar jasanya pada kehidupan manusia. Mencintai Tuhan berarti pula mencintai ciptaanNya, berupa: tumbuh-tumbuhan, binatang, sumber-sumber alam lainnya seperti: api, air, tanah, dan juga manusia.

6.          Memelihara Kesehatan

         Persembahyangan dilakukan dengan beberapa sikap yang dalam agama Hindu disebut asana. Sikap duduk ada beberapa bentuk misalnya padmasana. Yaitu, sikap sembahyang duduk seperti teratai. Asana ini dilakukan dengan menempatkan kaki kanan diatas paha kiri dan kaki kiri diatas paha kanan, tulang punggung sampai kepala menjadi stau garis tegak, sekujur tubuh dilemaskan. Kalau sikap ini secara tekun dilakukan setiap hari akan membawa manfaat kesehatan jasmani yang baik yaitu menjaga tulang punggung agar kuat dan tegak. Sikap padmasana juga menjaga keseimbangan jasmani dan rohani, sehingga jasmani dan rohani dapat dikendalikan. Juga membantu menyembuhkan penyakit rematik dikaki, paha dan punggung, dan juga melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.  Bentuk lainnya dalah vajrasana. Vajrasana jika dilakukan dengan tekun akan menguatkan tulang punggung, pencernaan dalam perut dapat bekerja lebih sempurna, menguatkan otot-otot kaki, paha, membantu menyembuhkan penyakit di lutut, jari kaki dan paha atas, menghilangkan kembung perut karena kebanyakan angina, mengaktifkan otot, urat-urat halus, menguatkan fungsi kelenjar dan cakra-cakra yang ada dari bawah tulang ekor sampai ke ubun-ubun. Manfaat kesehatan ini baru dapat kita rasakan apabila dilakukan dengan penuh ketekunan dan berkesinambungan.

Demikianlah beberapa pemahaman mengenai sembahyang, sarana sembahyang dan manfaat sembahyang. Dengan ketulusan hati kita melaksanakan kewajiban kita sebagai umat beragama yang meyakini adanya Tuhan sebagai Maha Pencipta. Jadikan sembahyang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai kebutuhan hidup kita sehari-hari. Niscaya keikhlasan hati, ketentraman jiwa, kebijaksanaan, cinta kasih, kedamaian, dan kesejahteraan senantiasa menjadi milik kita.

”Om Santih, Santih, Santih Om”



Penulis: Regina Sherly Pentau, S.Ag. Kepala Sekolah TK Saraswati Kupang,  aktif memberikan dharmawacana

0 komentar:

Posting Komentar

Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites