Melasti Tawur Kasanga

Meningkatkan bhakti, menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa, dan mencegah kerusakan alam

Rabu, 31 Juli 2013

Hindu Menginspirasi Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA. Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari...

Balinisasi, Tonggak Awal Kehancuran Kedua Hindu Nusantara

Pada awal kemerdekaan, Kementrian Agama RI masih menganggap penganut Hindu sebagai kaum pemuja berhala dan pengikut sistem keyakinan primitif. Masyarakat Hindu masih berdiri sendiri tanpa ada wadah yang menaunginya. Sangat berbeda dengan Islam dan Kristen yang pada saat itu sistem organisasi keagamaannya sudah sangat mapan. Sehingga tidaklah mengherankan jika pada awal-awal kemerdekaan, Hindu di bumi Nusantara seperti hilang ditelan bumi. Satu-satunya pengaruh Hindu yang masih kelihatan menyala redup hanyalah di pulau Bali. Hindu di Bali beruntung karena diselamatkan oleh sistem banjar, desa pekraman, dadia dan berbagai organisasi-organisasi tradisional kecil lainnya. Disaat keberadaan agama leluhur Nusantara ini tidak diakui oleh Negara dan adanya usaha pemberhangusan oleh sekelompok oknum,...

Nyepi, Moratorium Kerakusan

Pada setiap pergantian Tahun Saka, umat Hindu merayakan Hari Nyepi. Perayaan ini diawali dengan Melasti, penyucian diri ke pantai dan Tawur Agung Kasanga pada bulan mati (Tilem). Kemudian, pada hari Nyepi, umat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian (empat pengendalian diri pada hari Nyepi), yaitu amati gni (tidak menyalakan api), amati lalungaan (tidak bepergian), amati lelanguan (tidak mengadakan hiburan), dan amati karya (tidak bekerja). Pelaksanaan Catur Brata Penyepian menyebabkan suasana menjadi sangat hening. Suasana sepi ini berlangsung pada titik Matahari dan Bulan lurus dengan Bumi. Matahari, ketika Nyepi berlangsung, tepat berada di garis khatulistiwa (tengah Bumi). Posisi Matahari ketika itu sedang berjalan ke utara. Orang Bali menyebutnya ngutarayana. Hal ini melambangkan bahwa...

Page 1 of 12123Next

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites