Senin, 30 Desember 2013

BELAJAR DARI KEHIDUPAN ANGSA

Om Swastyastu,
Pada saat ini ijinkan saya menyampaikan dharmawacana dengan  judul “Belajar Dari  Kehidupan Angsa” Terlebih dahulu mari kita  berdoa, tundukkan kepala dan hati kita  memohon bimbingan dari tuntunan dari Sang Hyang Widhi Wasa.

Om Asato ma sad gamaya
Tamaso ma jyotir gamaya
Mretyor ma amritham gamaya
Om loka samasta sukhino bhawantu
(Ya Hyang Widhi!Bimbinglah kami dari ketidakbenaran menuju jalan yang benar

Bimbinglah kami dari kegelapan pikiran menuju cahayaMu  yang terang

Bimbinglah kami dari kematian menuju kehidupan yang kekal

Ya Hyang Widhi, semoga semua mahluk hidup berbahagia)

Umat sedharma yang berbahagia. . . . .

Nasihat orang bijak mengatakan bahwa sekolah boleh berakhir, tetapi janganlah berhenti belajar. Sebab alam ini yang maha luas memberikan  pelajaran yang begitu banyak, asalkan kita  mau melihat lebih dalam, merenungkan dan mengambil mutiara-mutiara yang ada di dalamnya. Lihatlah seorang  Gede Prama yang menasihatkan kita agar belajar  dari air, lalu Andrias Harefa menggagas agar kita belajar dari Matahari . Kemudian Stephen Covey mengajarkan  kita belajar dari pertanian, Sarasamuscaya sloka 53 menuturkan agar kita belajar kepada lembu tentang keseimbangan hidup dan kali ini saya mencoba menyampaikan sebuah ilmu dimana kita bisa belajar dari kehidupan hewan yaitu angsa.

Angsa  dalam bahasa sanskerta disebut dengan “hamsa”1.  Menurut Sayana kata hamsa berasal dari kata “han” yang artinya pergi menuju keabadian2. Angsa dalam  ajaran Hindu adalah hewan yang dihormati dan disucikan. Karena kesuciannya angsa dipilih oleh Dewi Saraswati sebagai wahanaNya. Kemudian dalam Dewata Nawa Sangha ,dewa Brahma sebagai penguasa arah selatan juga menggunakan angsa sebagai wahanaNya.

Di bagian belakang  Padmasana tepatnya di atas burung Garuda. Wujud Angsa   digambarkan dengan kedua sayapnya yang mengepak-ngepak.Apa makna sayap yang mengepak-ngepak tersebut? menurut lontar “Indik Tetandingan” wujud angsa dengan sayap mengepak itu adalah simbol dari pada ardha candra, windu, dan nada. Kedua sayap yang mengepak menggambarkan ardha candra, kemudian kepala angsa menggambarkan windu, dan mulut  angsa menggambarkan nada.

Dalam Upanisad di sebutkan juga bahwa: “Atma yang ingin bersatu dengan Brahman itu laksana burung angsa yang mengepak-ngepakkan sayapnya”. Jadi  lukisan angsa pada Padmasana adalah simbol manusia yang ingin kembali kepada Sang Hyang Widhi, yang juga disebutkan amoring acintiya.

Selain suci, angsa juga melambangkan kebijaksanaan, dia mampu berenang tanpa menyebabkan air keruh walaupun kakinya mengayuh badannya dengan begitu cepat.Kemudian angsa dapat membedakan mana makanan dan mana lumpur yang harus dibuang. Angsa adalah  hewan  yang cerdik, tajam pendengarannya,  penuh setia kawan dan selalu hidup harmonis dengan sesamanya.

Umat sedharma yang saya hormati. . . . .

Bagi yang tinggal di negara empat musim seperti Belanda dan Amerika pada saat musim gugur akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf “V”(baca ve). Dari formasi tersebut ada  beberapa pelajaran yang dapat dipelajari dan dipraktekkan dalam kehidupan ini  diantaranya:

Pelajaran pertama
 Ketika masing-masing burung angsa mengepakkan sayapnya, ia akan memberikan daya dukung bagi angsa yang terbang tepat di belakangnya. Sehingga angsa yang terbang di belakangnya tidak perlu bersusah payah untuk menembus ‘dinding udara’ di depannya. Dengan terbang dalam formasi “V”(ve), seluruh kawanan angsa dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh jika dibandingkan kalau  setiap angsa terbang sendirian. Bahkan pada masa migrasinya, angsa-angsa liar bahkan  terbang melebihi gunung-gunung tertinggi di dunia, dan mampu menempuh jarak sampai 1.000 Km dalam sehari (seorang ilmuan telah membuktikan). 

Pertanyaanya, mengapa angsa dapat terbang sehebat itu? Jawabannya ternyata angsa adalah unggas yang memiliki hati lebih besar di bandingkan hewan sejenisnya seperti ayam, bebek dan yang lainnya. Besarnya hati yang dimiliki angsa,  dapat menyuplai darah segar dengan baik, walapun dalam ketinggian yang ekstrim dimana oksigen saat itu sangat minim.

Mengacu pada fakta ini, pelajaran yang dapat kita petik adalah bahwa dalam  kehidupan bermasyarakat ('menyamabraya'), ketika kita bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling berbagi dalam komunitas di antara kita, maka apa yang kita ingini akan tercapai dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena kita menjalaninya dengan saling mendorong,saling memotivasi dan saling mendukung satu dengan yang lain. Pekerjaan sebesar apapun kalau kita lakukan secara bersama-sama niscaya akan lebih mudah terlaksana.

Angsa putih selalu bergerak atau terbang secara bersama-sama dalam jumlah yang banyak. 
“Hamso yatha ganam” angsa putih menghendaki bergerak dalam kelompok yang banyak.(Rgveda IX.32.3)3.  
Dalam kebersamaan mencapai tujuan yang utama.

Pelajaran kedua
Jika seekor angsa keluar dari formasi rombongannya, ia akan merasa berat dan sulit terbang sendirian. Lalu  dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan angsa di depannya.

Pelajaran yang dapat kita peroleh dari fakta ini, adalah: kalau kita tinggal dalam formasi atau lingkungan dengan saudara-saudara kita yang telah berjalan di depan,yang telah maju,yang banyak pengalaman dan lain sebagainya. Maka seyogyanya kita akan mau menerima bantuan dari orang lain dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Sebab kita jauh lebih sulit melakukan sesuatu seorang diri dari pada melakukannya secara bersama-sama atau bergotong royong. Bhagawad Gita III.114 berpesan “Dengan saling memberi engkau akan memperoleh  kebajikan utama” Lebih lanjut Mahesh Yogi seorang guru spiritual berpesan ”bila ingin menerima,kau harus memberi demikianlah hukum alam”. Kesimpulannya menerima dan memberi adalah hukum alamiah dimuka bumi ini.

Pelajaran ketiga
Ketika angsa pemimpin lelah, ia akan  memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.

Pelajaran yang dapat kita petik untuk kehidupan bersama adalah: dalam melaksanakan pekerjaan besar dan sulit seperti odalan,ngaben dll, perlu adanya pendelegasian wewenang. Tujuan  apa? : 1)agar bawahan mampu melakukan pekerjaan dengan baik, 2)pendelegasian menciptakan kerja tim dan 3)pendelegasian adalah salah satu fungsi dari pembinaan. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas, dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta, atau sumber daya lainnya.Setiap orang ada ahlinya dan setiap ahli ada orangya demikian pesan para bijak.

Pelajaran  keempat
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi “V” mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.

Pelajaran yang dapat dipetik  adalah: kita harus memastikan bahwa suara yang kita berikan akan memberi kekuatan, memotivasi bukan melemahkan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai akan menjadi lebih besar dan maksimal. Begitu juga dalam sebuah organisasi banjar misalnya akan terjadi hubungan yang harmonis bila ada dukungan dari anggota sehingga keberlangsungan organisasi dapat di jaga.

Pelajaran  kelima
Ketika seekor angsa sakit atau terluka, maka dua angsa yang lain akan ikut keluar dari formasi dan terbang turun untuk membantu dan melindungi angsa yang sedang sakit atau kelelahan. Mereka akan tinggal dengan angsa itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi.

Pelajaran yang dapat kita peroleh dari fakta ini adalah: kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik adanya. Baik suka maupun  dukha. Senang maupun sedih. Inilah yang disebut dengan sahabat sejati.Niti Sataka sloka 65 dijelaskan definisi seorang sahabat sejati yaitu:
  “dia yang menghentikan kita dari perbuatan dosa dan mengajak berbuat baik serta dalam kesulitan mereka tidak meninggalkan dan selalu siap menolong”5.
Filosofi menolong adalah saat ada orang lain yang menolong Anda jangan langsung membalasnya kepada orang tersebut, melainkan tolonglah, bantulah  orang lain dengan demikian, kebaikan tidak akan berhenti pada dua orang saja,tetapi akan terus berlanjut dan menyebar ke lebih banyak orang.

Umat sedharma yang berbahagia…..
Kesimpulannya ada beberapa pelajaran yang dapat kita peroleh dari kehidupan hewan yang bernama angsa antara lain:
angsa mengajarkan nilai kesucian, nilai kebijaksanaan, nilai kebersamaan, nilai kerjasama, pendelegasian wewenang  dan saling tolong menolong antar sesama. Kehidupan ini hendaknya diusahakan dengan kebaikan jangan sampai hidup diisi dengan nrsansa(baca-nrcangsa)6 yaitu hidup yang mementingkan dirisendiri atau egois.

Demikianlah dharmawacana kali ini, semoga ada manfaatnya. Saya akhiri dengan sebuah pantun:

Ke Bekasi beli durian
Beli map di Pancoran
Trimakasih atas perhatian
Mohon maaf atas kekurangan

Om Shanti Shanti Shanti Om.
  
Catatan Belakang :
  1. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan oleh  I Made Titib, Paramita Tahun1998 hal 635
  2. Purana Sumber Ajaran Hindu Komprehensip oleh I Made Titib,Pustaka Mitra Jaya Tahun2003 hal 250.
  3. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan oleh  I Made Titib, Paramita Tahun1998 hal 633
  4. Bhagawad Gita (Pancamo Veda) oleh G. Puja MA,SH, Paramita Tahun 2005 hal 85.
  5. Niti Sataka terjemahan dan penjelasan Dr. Somvir hal. 42.
  6. Sarasamuccaya  oleh I Nyoman Kajeng ,dkk,Paramita Tahun 2003 hal 57.
  • Naskah Lomba Penyuluh Berprestasi Tk. Nasional Di Hotel Kartika Chandra Jakarta pada tanggal 22-24 Juli 2013.
  • Penulis ( Wayan Alit Sudarma,S.Ag.) adalah Penyuluh Agama Hindu pada Kemenag Provinsi Nusa Tenggara Timur. Way_sudarma@yahoo.co.id


0 komentar:

Posting Komentar

Kami sangat berterima kasih kepada Anda yang berkenan menyampaikan komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites